May 4, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Band Minor dan Segala Perlawanan Mereka Melawan Kebusukan

Superman Is Dead © KapanLagi.com®/Bambang E Ros

Superman Is Dead © KapanLagi.com®/Bambang E Ros
Superman Is Dead © KapanLagi.com®/Bambang E Ros

musik.kapanlagi.com

Kamis, 22 Oktober 2015 12:22 

Kapanlagi.com – Jangan pernah meragukan kekuatan musik. Ungkapan itu nampaknya sangat tepat untuk menggambarkan berbagai gerakan gerakan yang dilakukan oleh para musisi negeri ini. Yap, mereka nggak cuma sibuk naik panggung di satu tempat ke tempat lain. Lebih dari itu, para musisi juga banyak yang menunjukkan sikap perlawanan mereka yang tentunya sangat luar biasa.

Kerennya lagi,  perlawanan itu justru sering dibuat dan dilakukan oleh para musisi-musisi minor. Idealisme yang kuat menjadi modal mereka untuk membongkar kultur busuk yang selama ini justru dipuja oleh banyak orang. Mengutip satu statement dari Stolley, seorang ahli Sosiologi, musik dapat dijadikan media untuk melakukan suatu gerakan sosial.

Perlawanan mereka tentunya bukan semata sebagai bentuk kemurkaan saja. Ada satu alasan besar di balik itu semua. Salah satunya adalah isu lingkungan yang saat ini sedang ramai berhembus. Tentu sudah nggak asing lagi dengan ramainya pemberitaan reklamasi Teluk Benoa di Pulau Bali. Rencananya, lautan akan ditimbun seluas lebih dari 8 ribu hektar dan dibangun sarana hiburan lengkap hingga sirkuit Formula 1!

Banyak para musisi yang mengambil langkah cepat demi menyelamatkan tanah kampung halaman mereka. Salah satunya tentu grup punk rock, Superman Is Dead. Sejak beberapa tahun yang lalu, JRX cs tak kenal lelah menunjukkan perlawanan mereka dengan mengadakan debat terbuka, sharing hingga turun ke jalan langsung demi membatalkan rencana reklamasi Teluk Benoa.

 

Superman Is Dead getol lawan reklamasi Teluk Benoa © KapanLagi.com®/Bambang E Ros

 

Superman Is Dead getol lawan reklamasi Teluk Benoa © KapanLagi.com®/Bambang E Ros

Menurut mereka, reklamasi hanya akan memperparah kerusakan alam di Pulau Bali, apalagi Teluk Benoa merupakan hutan mangrove. Pengerukan yang mengatasnamakan pembangunan tentu akan berdampak ke ekosistem itu sendiri. Alasan itulah yang membuat SID tegas meminta Presiden Jokowi agar membatalkan Perpres No. 51 Tahun 2014.

Di sinilah peran musik bekerja. SID juga kerap dibuktikan dengan menggelar sebuah konser yang hasil keuntungannya bakalan dipakai untuk membuat satu perlawanan yang lebih besar lagi. JRX, drummer SID juga selalu menyuarakan misi ini di setiap panggung yang ia datangi. Benar saja, musik memang merupakan satu cara paling ampuh untuk menyebarkan movement.

Tak bisa dipungkiri, Outsiders dan Lady Rose, fans SID dikenal sebagai satu basis penggemar yang kuat di Indonesia. Pastinya, mereka bakalan mendukung langkah besar yang dibuat oleh grup idola mereka. Bak sebuah simbiosis mutualisme, hal ini tentu menjadi satu dukungan besar untuk pergerakan sosial SID. Semangat-semangat baru muncul dari orang terdekat mereka sendiri, Outsiders dan Ladyrose.

Selain gebrakan tadi, lirik lagu juga merupakan media lain para musisi untuk menyampaikan rasa kepedulian mereka terhadap isu sosial. Realitas yang ada di sekitar mereka menjadikan sebuah inspirasi dalam menciptakan sebuah lagu. Bisa dibilang, langkah ini merupakan satu cara para musisi untuk menyampaikan ide mereka secara tersirat. Di sinilah para pendengar diajak untuk ikut mencari makna di balik lagu tersebut dan itulah seni. 

 

Superman Is Dead satu contoh dari perlawanan band minor © KapanLagi.com®/Bambang E Ros

 

Superman Is Dead satu contoh dari perlawanan band minor © KapanLagi.com®/Bambang E Ros

Banyak band indie sudah melakukan langkah ini. Sebut saja beberapa contohnya adalah Navicula lewat lagu Orang Utan, Nostress dengan hits Tanam Saja dan Dialog Dini Hari dengan single andalan mereka yang berjudul Bumi Buruk Rupa.

Tentunya masih banyak langkah-langkah besar lain yang pasti bakalan panjang bila diuraikan satu persatu. Konser ForBALI yang digagas oleh beberapa elemen peduli lingkungan merupakan satu bukti lainnya. Semua itu tentu menjadi bukti bahwa para musisi atau band minor (anti mainstream) justru getol dengan isu-isu sosial yang saat ini kencang berhembus.

Langkah besar ini tentunya nggak akan berhenti di sini. Selalu ada semangat dan wajah-wajah baru yang nantinya siap meneruskan perjuangan para senior mereka. Satu yang jelas, mereka siap melawan siapa saja yang memiliki rencana kotor dan hati yang busuk. Sekali lagi, musik adalah tentang sebuah perlawanan. Lawan lawan dan lawan!