April 20, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Tomy Winata Kecam Pernyataan Juarsah Soal Perburuan Harimau

30 Desember 2019 23:12

Jakarta: Pegiat konservasi flora dan fauna, Tomy Winata, menyayangkan pernyataan pelaksana tugas (Plt) Bupati Muara Enim, Juarsah. Juarsah meminta agar petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSAD) dan Polisi Hutan memburu harimau hidup atau mati.

Pernyataan itu dilontarkan Juarsah pasca serangan seekor harimau yang menewaskan seorang warga. Menurut Tomy, masih ada cara lain yang lebih bijak.

“Kita jangan menganggu, ini kok malah harimau yang diinstruksikan untuk dibantai. Masih ada cara lain untuk menyelesaikan konflik ini, ada aturan dan tatanannya. Harusnya ajarkan masyarakat agar jangan ganggu wilayah yang sudah menjadi wilayahnya harimau, serta mata rantai makanannya,” kata Tomy dalam keterangannya, Senin, 30 Desember 2019.

Menurut Tomy, pernyataan Juarsah membuat posisi harimau kian terancam. Sementara konflik dengan harimau tak akan selesai jika perburuan kepada satwa liar tersebut malah didengungkan.

Ia menyampaikan masyarakat kerap bermasalah dengan harimau karena perusakan lingkungan. Harimau yang sudah membentuk ekosistem di hutan semakin hari semakin terusik oleh perusakan hutan.

Pendiri Tiger Rescue Center di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) ini menilai pernyataan berburu tersebut membuat harimau Sumatra menuju gerbang kepunahan. Padahal, harimau Sumatra tinggal menjadi satu-satunya spesies harimau di Indonesia.

Tomy mengaku prihatin atas tewasnya korban terkaman harimau yang bernama Sulis tersebut. Tubuh Sulis dicabik-cabik harimau Jumat, 27 Desember 2019.

Tomy mengatakan peristiwa tersebut membuktikan konflik manusia dengan harimau kerap terjadi khususnya di pedalaman hutan yang merupakan habitat alamiah bagi harimau Sumatra.

Tomy menyarankan agar masyarakat di daerah konflik harimau tersebut untuk mematuhi aturan saat masuk hutan. Masyarakat diimbau tidak sendirian dan menghindari wilayah yang ditenggarai sebagai area harimau.

“Sebaiknya masyarakat tidak sendirian saat masuk hutan dan adakan patroli,” ujar Tomy.

Senior Researcher TWNC Ardi Bayu Firmansyah pun turut menyayangkan sikap Juarsah. Aksi perburuan tersebut disebut menjadi salah satu penyebab berkurangnya populasi harimau Sumatra secara signifikan.

Dia mengatakan penyebab utama konflik ini adalah rusaknya habitat harimau Sumatra di daerah tersebut. Habitat yang menjadi rumah harimau telah dirusak oleh oknum manusia dan merubah menjadi area penggunaan lain seperti kebun atau area pertanian.

“Perlu kita pahami bahwa korban dari adanya konflik ini tidak melulu dari kalangan manusia, tapi dari harimaunya sendiri juga bisa menjadi korban,” ujar Bayu.

Bayu menjelaskan harimau butuh ruang untuk hidup dan membutuhkan satwa mangsa seperti babi hutan dan rusa untuk makan. Ketika habitat mereka diganggu manusia, konflik pun tidak akan dapat dihindari.

Bayu mengatakan pemerintah harusnya merumuskan cara agar manusia dengan satwa liar dapat hidup berdampingan. Gambaran seperti ini, kata dia, bukan tidak mungkin diwujudkan.

“Karena terdapat satu lokasi di provinsi Lampung, di desa penyangga yang berbatasan dengan kawasan konservasi, TWNC yang dikelola oleh Artha Graha Peduli, di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang didalamnya hidup lebih dari 3.000 kepala keluarga dapat hidup berdampingan dengan satwa liar. Hal ini bisa diwujudkan dengan habitat satwa liar termasuk harimau Sumatra yang masih sangat terjaga. Kesadaran warga disekitar kawasan terhadap konservasi satwa liar juga sangat tinggi,” papar dia.

Bayu mencontohkan seperti di Enclave Way Pengekahan, Bengkunat Belimbing, Lampung Barat yang sampai saat ini sangat minim terjadi konflik dengan harimau Sumatra. Padahal, ujar dia, populasi harimau Sumatra di TWNC menjadi area dengan kepadatan harimau Sumatra tertinggi di Asia Tenggara.

“Kami sangat terbuka sebagai tempat pembelajaran bagaimana mengelola kawasan konservasi yang merupakan habitat harimau Sumatra dengan baik dan benar, bagaimana mengelola habitatnya dan bagaimana memperlakukan manusianya,” pungkas Bayu.

Sumber : https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/akWVWWXb-tomy-winata-kecam-pernyataan-juarsah-soal-perburuan-harimau