May 20, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Tomy Winata dan Hashim Djojohadikusumo Hadir di KTT Paris, Apa Tujuannya?

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo usai bertemu Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan, Kamis (23/7/2015).

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo usai bertemu Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan, Kamis (23/7/2015).
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo usai bertemu Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Panjaitan, Kamis (23/7/2015).

nasional.kompas.com

Selasa, 1 Desember 2015 | 22:54 WIB

PARIS, KOMPAS.com — Di sela kesibukan Conferences of Parties (COP) 21, Pertemuan Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB, (UNFCCC), di Le Bourget, Perancis, terdapat dua pengusaha Indonesia yang hadir.

Dua pengusaha itu adalah Tomy Winata dan Hashim Djojohadikusumo.

Ada banyak kepentingan baik untuk pelaku usaha, aktivis, NGO, ilmuwan, maupun pemerintah di pertemuan tingkat dunia ini. Lalu, apa pula kepentingan dua pengusaha itu?

Hashim Djojohadikusumo saat ditemui Kompas.com menyebutkan bahwa dia memiliki kepentingan selaku asosiasi pengusaha hutan.

“Kami ada hutan di Kalimantan dan kami akan memperkenalkan teknologi baru cara Indonesia. Ini bukan sawit atau tebu, ini reboisasi cara tumpang sari berbagai tanaman sampai 130 jenis,” kata Hashim.

Selanjutnya, ia mengungkapkan, dari perhutanan tersebut, ia menanam juga pohon aren yang digunakan untuk menghasilkan bahan bakar energi terbarukan, seperti biodiesel dan etanol.

“Selama ini, air aren banyak digunakan untuk yang non-Muslim sebagai minuman keras, tetapi kali ini kami akan ubah menjadi bahan bakar ramah lingkungan dan terbarukan,” ucap Hashim.

“Ini yang akan kami presentasikan di forum internasional ini,” ucapnya.

Ia meyakinkan kawasan yang ditanami beragam jenis tumbuhan, seperti aren, rambutan, dan jambon, selain menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan juga dapat mengikat karbon dan sebagai tempat satwa tinggal.

“Proyek kami telah berjalan di Kalimantan TImur seluas 173 ribu hektar. Program ini telah dinyatakan layak oleh ahli dari Belanda dan Norwegia,” tuturnya.

Sementara itu, Tomy Winata dalam keterangannya mengatakan bahwa pertemuan COP 21 harus mewadahi tiga kepentingan.

Tiga kepentingan itu adalah bisnis, sosial dan lingkungan hidup, serta kepentingan pemerintah.

“Semua itu harus berimbang, jangan ada yang berat sebelah. Jika tak imbang, itu tak baik. Saya berharap COP 21 menghasilkan itu,” ujar Tomy.