politik.rmol.co
SENIN, 16 NOVEMBER 2015 , 11:26:00 WIB
SAYA sempat mengucapkan terima kasih kepada Gus Dur atas perjuangan menegakkan pilar-pilar pluralisme dengan mewujudkan Undang-Undang Anti Diskriminasi Ras di persada Nusantara.
Berkat jasa Gus Dur maka Imlek diresmikan sebagai hari raya nasional Indonesia. Namun Gus Dur berpesan agar saya jangan terkebur menganggap UU itu sebagai anugerah hak. Pada hakikatnya UU Anti Diskriminasi Ras justru beban kewajiban tanggung-jawab.
Gus Dur pesan wanti-wanti agar jangan sampai saya ingkar kenyataan bahwa saya memang warga Indonesia keturunan Tionghoa. Bukan berarti membenarkan rasialisme namun Gus Dur memang menegaskan fakta sejarah bahwa di Indonesia warga keturunan Tionghoa telah berulang kali menjadi sasaran kekerasan rasialisme.
Gus Dur menasehati saya agar senantiasa eling bahwa selama jurang kesenjangan sosial masih hadir di Indonesia maka selama itu pula rasa tidak suka terhadap warga Indonesia keturunan Tionghoa niscaya tetap hadir seperti api dalam sekam yang setiap saat siap kembali berkobar.
Dengan hadirnya UU Anti Diskriminasi Ras, Gus Dur justru berpesan agar saya selalu mau dan mampu mengendalikan diri agar jangan bersikap takabur, sombong, jumawa, mentang-mentang.
Sepenuhnya saya mahfum bahwa Gus Dur sama sekali bukan merasiskan diri namun sekadar menyarankan saya agar selalu ojo dumeh, rendah hati, sadar diri, mawas diri, kendali diri demi mencegah dampak setitik nila merusak susu sebelangga memicu kebencian yang siap merambah dari saya ke segenap warga Indonesia keturunan Tionghoa. Gus Dur sekadar mengingatkan saya atas kenyataan etnososiobiologis bahwa saya memang apa-boleh-buat de facto keturunan Tionghoa .
Sebagai warga Indonesia yang baik, seharusnya saya bukan bertanya tentang apa yang negara dan bangsa dapat perbuat bagi diri saya namun justru apa yang dapat saya perbuat bagi negara dan bangsa Indonesia .
Saya bersyukur bahwa sebenarnya wejangan Gus Dur telah nyata diwujudkan oleh para tokoh nasional seperti Yap Thiam Hien, Kwik Kian Gie, Teguh Karya, Nano Riantiarno, Tan Joe Hok beserta para pendekar bulutangkis yang telah mengharumkan nama Indonesia di dunia, para pejuang kemanusiaan yang tergabung di Buddha Tzu Chi Indonesia, Eka Tjipta Foundation, Djarum Foundation dan lain dan sebagainya.
Tokoh warga Indonesia keturunan Tionghoa yang termutakhir layak menjadi suri-teladan adalah Tomy Winata! Tidak kurang dari Menteri Perdagangan yang lama mau pun yang baru telah menegaskan bahwa tanpa TW maka paviliun Indonesia di World-Expo Milan 2015 mustahil terlaksana.
Dubes RI untuk Italia, Agus Parengkuan adalah saksi hidup yang menyaksikan betapa paviliun Indonesia di World-Expo Milan 2015 yang semula mati-suri akibat nyaris batal akibat kesulitan manajemen dan keuangan, sejak April 2015 berhasil dihidupkan kembali oleh laskar Arta Graha Peduli di bawah pimpinan Tomy Winata.
Ibu Mega, ibu Nuriah, mbak Yenny dan Inayah Wahid juga sempat singgah demi melihat betapa para pengunjung antri panjang untuk mengagumi paviliun Indonesia di Milan World-Expo 2015. Bahkan kemudian paviliun Indonesia dengan lebih dari 4 juta pengunjung berhasil menduduki peringkat paviliun terpopuler ke delapan di antara lebih dari seratus paviliun mancanegara di gelanggang pameran dunia bergengsi itu .
Pengambil alihan tugas penyelenggara paviliun Indonesia di Milan sebagai ajang promosi benar-benar merupakan suatu dharma bakti pengabdian tanpa pamrih komersial. Sebab penyelenggaraan pameran akbar tersebut dijamin secara finansial dan bisnis pasti merugi .
Pamrih yang diperoleh dari paviliun Indonesia di Milan World-Expo 2015 memang semata murni rasa bangga menjunjung tinggi harkat dan martabat mahakarya peradaban dan kebudayaan Nusantara di arena pameran dunia.
Saya yakin bahwa arwah Gus Dur tersenyum bangga menyaksikan dharma bakti pengabdian kebudayaan yang dipersembahkan oleh Tomy Winata beserta laskar Artha Graha Peduli melalui penyelamatan paviliun Indonesia di World-Expo Millan 2015.
Maka melalui surat terbuka ini, dengan penuh kerendahan hati saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas karsa dan karya dharma bakti pengabdian Tomy Winata menjunjung tinggi harkat dan martabat peradaban dan kebudayaan bangsa Indonesia di gelanggang mancanegara planet bumi ini ! Terima Kasih, TW!
Jaya Suprana
Penulis adalah budayawan Indonesia
sumber: http://politik.rmol.co/read/2015/11/16/224744/Surat-Terbuka-Untuk-TW-
More Stories
Dukung Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Tim Saber AGP Ikut Jaga Kebersihan dan Keamanan
Artha Graha Peduli dan Artha Graha Network Terjunkan Tim Saber dan Dukung People Fest
Meriahkan People Fest, Pengunjung Berkesempatan Raih Hadiah dan Produk GulaVit