November 2, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Peradi Bingung Motif Pengacara Tomy Winata Menyerang Hakim

Kepala Bidang Humas DPN Peradi Riri Purbasari Dewi bersama Wasekjen DPN Peradi Rivai Kusumanegara, saat ditemui di Kantor DPN Peradi, di Slipi, Jakarta Barat, Selasa, 23 Juli 2019. Tempo/Egi Adyatama

Reporter: Egi Adyatama
Editor: Amirullah
Selasa, 23 Juli 2019 17:22 WIB
 

TEMPO.COJakarta – Komisi Pengawas Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) menggelar rapat perdana terkait kasus penyerangan hakim oleh advokat Desrizal Chaniago, Selasa, 23 Juli 2019. Desrizal merupakan pengacara dari pengusaha Tomy Winata.

Wakil Sekretaris Jenderal Peradi Rivai Kusumanegara mengatakan rapat ini membahas apakah Desrizal dinilai melakukan pelanggaran profesi atau tidak.

“Kami telah mengajukan surat ke Polres untuk memeriksa yang bersangkutan. Nanti kami yang datang ke sana. Soalnya dia saat ini sudah ditahan di Polres,” ujar Rivai saat ditemui di Kantor Dewan Pengurus Nasional (DPN) Peradi di Slipi, Jakarta Barat, Selasa, 23 Juli 2019.

Rivai mengaku pemeriksaan terhadap Desrizal perlu dilakukan untuk mendengarkan alasan dia melakukan perbuatan itu. Rivai mengaku bingung dengan motif Desrizal menyerang hakim.

“Umurnya (Desrizal) sudah 50 tahunan. Dia juga sudah bekerja sebagai advokat 20 tahun. Masak belum bisa menerima kekalahan,” kata dia.

Rivai menegaskan sidang dan hasil sidang Komisi Pengawas bersifat tertutup. Jangka waktu sidang masih belum dapat dipastikan. Rivai mengatakan untuk kasus ringan saja, waktu yang dibutuhkan bisa mencapai satu bulan.

Nantinya, jika memang diputus melanggar etik, hasil sidang akan diserahkan kepada DPN Peradi untuk kemudian dilaporkan ke Dewan Kehormatan Peradi. “Biasanya putusan inchracht, berkekuatan hukum tetap, itu diserahkan ke DPN Peradi, oleh kami dieksekusi,” kata Rivai.

Rivai mengatakan ada empat jenis sanksi yang bisa didapat advokat jika memang terbukti melanggar aturan. Yang paling rendah adalah teguran ringan, sedangkan yang paling berat adalah pemberhentian tetap atau pemecatan, sebagai advokat.

Untuk kasus Desrizal sendiri, Rivai enggan menyimpulkan termasuk ke dalam kategori pelanggaran apa. Namun, ia mengakui kasus ini menarik banyak perhatian masyarakat dan dari internal Peradi sendiri.

“Dari segi statistik, kasus seperti ini jarang. Karena tindakan ini seperti ini jarang terjadi di dunia advokat,” kata dia.

Sanksi skorsing atau pemecatan, memang merupakan dua sanksi terberat yang bisa dijatuhkan Peradi. Jika terkena sanksi ini, akan menyampaikan ke Mahkamah Agung dan Kementerian Hukum dan HAM.

“Mereka yang dipecat dan diskorsing ini masuk ke dalam database dan untuk selanjutnya dilarang beracara di seluruh pengadilan,” kata Rivai.

Penyerangan oleh Desrizal terjadi terhadap Ketua majelis hakim berinisial HS sedang membacakan putusan. Saat itu Desrizal sedang menjadi kuasa hukum Tomy Winata, yang menggugat wanprestasi PT Geria Wijaya Prestige, Harijanto Karjadi, Hermanto Karjadi, Hartono Karjadi, PT. Sakautama Dewata, serta Fireworks Ventures Limited.

sumber: https://metro.tempo.co/read/1226573/hasil-pemeriksaan-ini-alasan-pengacara-tomy-winata-aniaya-hakim