April 20, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Pengamat: Siapa Mau Naik LRT ke Kelapa Gading? Itu Tempat Orang Bermobil

Satu rangkaian kereta LRT Jakarta terdiri dari dua gerbong.(KOMPAS.com/Vitorio Mantalean)

Kompas.com – 13/06/2019, 19:30 WIB

Penulis Vitorio Mantalean |    Editor Kurnia Sari Aziza

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Intrans) Darmaningtyas menilai lintas rel terpadu ( LRT) Jakarta akan menjadi proyek merugi. Ia memperkirakan, okupansi penumpang LRT kemungkinan besar tidak sanggup menutupi biaya operasional yang diperlukan. ” LRT Jakarta akan menjadi proyek rugi, itu sudah pasti. Dia akan disubsidi seumur hidup,” ujar Darmaningtyas saat dihubungi Kompas.com, Kamis (13/6/2019) siang. “Mau bagaimana tidak rugi? Biaya operasionalnya tinggi, penumpangnnya sedikit. Dari mana bisa memperoleh biaya operasional kalau bukan mengandalkan subsidi?” tambahnya.

Saat ini, proyek LRT Jakarta yang telah siap beroperasi adalah pembangunan tahap 1 koridor 1. Lintasannya membentang 5,8 kilometer dari Stasiun Velodrome Rawamangun, Jakarta Timur sampai Stasiun Pegangsaan Dua, Jakarta Utara, melewati kawasan Pulomas dan Kelapa Gading.

Rute ini dinilai menjadi salah satu penyebab rendahnya okupansi LRT Jakarta saat telah beroperasi resmi. “Ke Kelapa Gading siapa yang mau naik (LRT)? Itu, kan, tempatnya orang bermobil, okupansinya enggak signifikan, jelas,” katanya.  Menurut dia, kebijakan tarif Rp 5.000 tidak akan banyak berpengaruh untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke LRT.  “Orang bermobil, kan, tidak sensitif dengan tarif. Yang sensitif tarif itu penumpang transjakarta. Jadi, besaran tarif itu tidak terlalu memengaruhi keputusan mereka memakai LRT,” ujar Darmaningtyas.

Sudah ditinggalkan di negara maju
Darmaningtyas beranggapan sudah terlambat LRT dibangun di Jakarta. Menurut dia, moda transportasi massal ini sudah ditinggalkan di negara-negara maju. Penyebabnya, biaya operasional dan pembangunan infrastruktur LRT terbilang besar, tanpa diimbangi dengan kapasitas angkut dan daya jangkau yang luas. “Sudah sejak dulu saya ingatkan, mau ngapain kita bangun LRT? LRT itu merupakan moda transportasi yang ketinggalan zaman. Kita kok malah bikin,” kata dia. “Di negara-negara maju ditinggalkan, mereka mengembangkan BRT (bus rapid transit),” ujar Darmaningtyas.  Padahal, proyek LRT rute Kelapa Gading-Velodrome baru merupakan koridor awal yang dibangun di Jakarta.

Suasana di dalam kereta LRT Jakarta pada uji publik gratis yang digelar mulai Selasa (11/6/2019).(KOMPAS.com/Vitorio Mantalean)

Menurut rencana, ada tujuh koridor LRT Jakarta yang bakal digarap lebih lanjut.  “Kalau tujuh koridor LRT Jakarta dibangun, mungkin sekitar Rp 5 triliun lebih dana APBD hanya akan dipakai untuk menyubsidi LRT sendiri. Artinya, memang enggak layak dibangun, justru menambah beban APBD, tetapi belum tentu menyelesaikan masalah kemacetan,” kata Darmaningtyas.  Adapun, LRT Jakarta tengah melakukan uji publik sejak Selasa (11/6/2019) dengan operasional yang dibuat semirip mungkin dengan rencana operasional resmi. Total, tiga kali LRT Jakarta sudah melakukan uji coba semacam ini, namun belum kunjung ada titik terang kapan moda transportasi anyar ini beroperasi secara komersial.

Direktur Proyek LRT PT Jakarta Propertindo Iwan Takwin mengindikasikan LRT Jakarta akan beroperasi dalam waktu dekat. Menurut Iwan, tahap uji publik yang digelar mulai Selasa ini merupakan tahap pamungkas sebelum LRT Jakarta resmi beroperasi. “Iya betul (tahap terakhir), sama kayak MRT. Supaya kita bisa tahu bagaimana mengantisipasi di mana kekurangannya, ini kan rangkaian sebelum operasi komersial,” kata Iwan ketika dikonfirmasi.  “Sekarang kita tinggal tunggu sertifikasi operasinya,” tambahnya.

Sumber :  https://megapolitan.kompas.com/read/2019/06/13/19305621/pengamat-siapa-mau-naik-lrt-ke-kelapa-gading-itu-tempat-orang-bermobil?page=all