April 19, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Gunung Es Covid-19 pada Anak

Heka Hertanto Ketua Umum Artha Graha

logo

Sabtu 26 Juni 2021, 05:05 WIB

Heka Hertanto Ketua Umum Artha Graha Peduli | Opini

SELAMA lebih dari satu tahun covid-19 mewabah Indonesia, sejak Maret 2020, bisa dikatakan pemberitaan dampak pandemi covid-19 terhadap anak relatif terselip. Dalam anggapan warga, virus korona hanya menyerang orang dewasa. Faktanya tidak demikian. Yang terpapar oleh virus mematikan itu juga balita dan anak-anak. Kita jarang mendengar anak-anak yang meninggal dunia karena dihajar virus korona. Sepi dari pemberitaan bukan berarti tidak ada anak-anak yang syahid karena pandemi yang mewabah dunia.

Bagai petir di siang bolong, pada pekan ini ketika Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Aman Bhakti Pulungan SpA(K) FAAP menegaskan proporsi kasus korona pada anak secara nasional mencapai 12,5%. Aman menyebutkan, berdasarkan data nasional pada Juni 2021, proporsi kasus konfirmasi positif covid-19 pada anak usia 0-18 tahun ialah 12,5%. Artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi itu ialah anak.

IDAI mencatat case fatality rate-nya itu ialah 3%-5%. Dengan demikian, Indonesia menjadi negara dengan kematian anak karena covid-19 yang tertinggi atau terbanyak di dunia. Menukik ke ke jenjang provinsi, data Jakarta per 17 Juni 2021 membuktikan 661 anak di bawah usia 18 tahun terkonfirmasi positif korona dalam sehari, 144 di antaranya ialah balita. Dengan hati pilu, kita tidak bisa mengelak bahwa sangat banyak anak terjangkit oleh covid-19. Pandemi covid-19 meneror balita mencapai 50% dari anak-anak yang syahid.

Di Jakarta, tercatat 5.582 kasus positif harian pada Juni 2021, yang 224 di antaranya merupakan balita atau anak berusia 0-5 tahun. Tren kasus positif covid-19 pada anak di bawah usia 18 tahun terus bertambah setiap hari. Dari 5.582 kasus positif pada awal Juni, 655 kasus ialah anak usia 6-18 tahun, 224 kasus ialah anak usia 0-5 tahun, 4.261 kasus ialah usia 19-59 tahun, dan 442 kasus ialah usia 60 tahun ke atas.

Di tingkat global, Aman menyatakan angka kematian anak-anak di Malaysia, Vietnam, dan Singapura karena covid-19 relatif masih rendah, bahkan nol. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, sumber awal SARS-CoV-2, menyebutkan persentase anak-anak di bawah 19 tahun yang tertular korona 2% dari 72.314 kasus yang dicatat pada 20 Februari.

Nestapa anak di Indonesia juga dialami di Brasil, yakni jumlah dugaan kematian karena covid-19 di bawah usia 19 tahun ialah 1,2% dari total kasus. Di Filipina kematian pasien di bawah 19 tahun sekitar 2,3% dari jumlah kasus.    

Generasi bangsa

Sudah komitmen nasional bahwa anak-anak ialah generasi bangsa. Kita secara kompak dan satu kata harus menyelamatkan bibit-bibit yang genius sebagai penyelamat negara. Bagaimana caranya? Indonesia memiliki modal sosial, yakni semangat gotong royong. Segenap rakyat merajut kebersamaan, mencegah penyebaran covid-19 dengan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5M) dan testing, tracing, treatment (3T), serta dilanjutkan dengan vaksinasi covid-19 kepada remaja dan anak-anak.

Keluarga ialah benteng utama dan pertama dalam melawan pandemi covid-19 melalui tindakan contoh dan pengawasan yang melekat pada buah hati mereka. Jangan biarkan anak-anak bermain di luar rumah, terutama di zona merah virus korona. Bersikap permisif kepada anak-anak bermakna mengundang virus korona ke dalam rumah, yang berdampak seisi keluarga berpeluang terpapar oleh covid-19.

Kita paham, risiko anak dan orang dewasa terjangkit oleh covid-19 sama. Bahkan kesadaran anak-anak menerapkan protokol kesehatan saat berinteraksi dengan teman di lingkungan atau di tempat-tempat keramaian masih rendah. Gejala covid-19 pada orang dewasa dan anak-anak berbeda. Di sisi lain, daya tahan tubuh orang dewasa lebih tangguh daripada balita atau anak-anak.

Secara keseluruhan, gejala covid-19 pada anak-anak ialah demam, batuk, pilek, kehilangan indra penciuman, sakit tenggorok, sesak napas, diare, mual atau muntah, sakit perut, sakit kepala, nyeri otot atau tubuh, hilang nafsu makan, terutama pada bayi berusia di bawah satu tahun. Gejala korona pada anak semakin parah jika mereka memiliki komorbid seperti asma atau penyakit paru kronis, diabetes, jantung sejak lahir, dan obesitas. Awasi gejala korona pada anak untuk selamatkan dari kematian karena kesalahan orangtua yang tidak sigap.

Membatasi interaksi anak-anak dengan teman-teman sebaya di lingkungan akan berdampak kehilangan dunia anak-anak, yakni bermain dan belajar. Namun, itu hanya sementara untuk menyelamatkan masa depan mereka yang lebih panjang setelah musim pandemi berlalu atau mayoritas warga sudah divaksinasi.

Menyelamatkan anak-anak dari ganasnya virus korona perlu upaya bersama. Tidak memaksa anak-anak belajar tatap muka pada zona merah. Keselamatan anak-anak di atas segala-galanya dalam menempuh masa depan yang masih panjang.

Pada bulan-bulan ke depan, vaksinasi covid-19 kepada anak-anak menjadi tahapan selanjutnya untuk melindungi anak serta mencegah anak-anak menularkan kepada orang dewasa yang rentan. Hasil temuan kakek dan nenek tertular covid-19 dari cucu-cucunya, yang dianggap steril dari virus covid-19.

Gunung es covid-19 yang menyelimuti anak-anak ialah masalah bersama yang harus diantisipasi. Pasien covid-19 yang berpulang ke Rahmatullah bukanlah angka-angka statistik. Mereka ialah nilai-nilai kemanusiaan yang bisa saja ialah anak, istri, suami, orangtua, kerabat, dan sebagainya. Selamatkan anak-anak Ibu Pertiwi dari balutan virus covid-19 dengan segenap tindakan nyata oleh seluruh anak negeri.

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/414568/gunung-es-covid-19-pada-anak

 

 

 

 

Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/414568/gunung-es-covid-19-pada-anak