April 16, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Gandeng China Steel, Tomy Winata Ingin Kuasai Industri Baja Indonesia

Dok Pemilik grup usaha Artha Graha Tomy Winata (kaos coklat)

ekonomi.rimanews.com

08:54 – 02 SEP 2015
 

Rimanews – Perusahaan milik pengusaha nasional, Tomy Winata yakni  Artha Graha Network (AGN) melalui PT Artha Metal Sinergi (AMS) akan membangun pabrik baja terintegrasi. Pabrik tersebut diharapkan bisa menjadi pemain utama industri baja nasional dan menyerap tenaga kerja yang banyak.

“Perusahaan kami berencana untuk menjadi pemain utama di Indonesia untuk membangun pabrik baja yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Pangsa pasarnya untuk domestik. Ini untuk NKRI,” kata CEO AMS Felix Effendi melalui siaran pers dari AGN yang dikutip dari Antara, Rabu (2/09/2015).

Untuk merealisasikan tekad tersebut, AGN telah menandatangani nota kesepahaman dengan China Steel Corporation (CSC) Group untuk pengembangan industri baja dan proyek lainnya di Indonesia.

Bisnis utama dari CSC Grup adalah industri baja. Sebagai bagian dari grup tersebut, CSC merupakan salah satu perusahaan manufaktur baja terkemuka di dunia dengan pabrik baja terintegrasi yang berbasis di Taiwan.

Perusahaan ini juga memiliki beberapa jaringan produksi dan investasi di Asia Tenggara yakni CSC Steel Holdings Berhad (Malaysia), China Steel Sumikin Vietnam (Vietnam), dan Formosa Ha Tinh Steel Corporation (Vietnam).

AGN optimis dan yakin dengan pertumbuhan industri baja di Indonesia, sehingga mendirikan PT AMS sebagai perusahaan yang didedikasikan untuk industri baja.

Felix mengatakan kebutuhan akan produk baja yang sangat besar di Indonesia menjadi alasan yang kuat bagi AMS untuk membangun pabrik. Terlebih lagi saat ini pemerintah juga tengah menggenjot proyek pembangunan infrastruktur sehingga membutuhkan pasokan baja dalam jumlah besar.

Kebutuhan baja domestik menurut catatan Kementerian Perindustrian meningkat tajam dari 7,4 juta ton pada 2009 menjadi 12,7 ton pada 2014 dan akan meningkat terus seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal, selama ini kebutuhan baja nasional masih bergantung pada baja impor.

“Jadi kita membangun pabrik baja di Indonesia untuk kebutuhan di Indonesia,” ujar Felix.

Industri besi dan baja, lanjutnya, merupakan salah satu pendukung utama pembangunan infrastruktur di Indonesia, seperti pembangunan jalan, jembatan, bandara, pelabuhan, rel kereta api, dan beberapa fasilitas lainnya.

LPembangunan infrastruktur yang tengah dikebut Indonesia tersebut membutuhkan pasokan besi dan baja yang berkualitas. Oleh karena itu, pabrik yang kami bangun akan menggunakan teknologi terbaru dan paling mutakhir, makanya investasinya besar.

Kedua belah pihak telah melakukan beberapa kali pertemuan dan secara bersama-sama mempelajari peluang investasi untuk industri baja di Indonesia. Kerjasama ini diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, mengembangkan peluang investasi, dan dapat berkontribusi pada perekenomian dan pembangunan di Indonesia.