Yonada Nancy, Iswara N Raditya – 29 Juli 2019
tirto.id – International Tiger Day atau Hari Harimau Sedunia diperingati setiap 29 Juli. Sejarah dicetuskannya tanggal tersebut diputuskan dalam International Tiger Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Harimau Internasional pertama pada 2010 di St. Petersburg, Rusia. Indonesia turut serta dalam momen penting ini. International Tiger Summit dirasa perlu dihelat mengingat jumlah harimau semakin berkurang. Jika dihitung dari satu abad yang lalu, dilansir situs resmi World Wide Fund for Nature (WWF), masih terdapat sekitar 100 ribu ekor harimau yang hidup di alam liar. Sayangnya, hingga 2010, populasi si kucing besar menurun drastis. Dikutip dari National Geoghrapic, International Tiger Summit pada 2010 digelar dengan upaya menambah populasi harimau liar pada 2022. KTT ini melibatkan para pemimpin dunia dari 13 negara yang punya habitat harimau terbanyak, yakni Rusia, India, Nepal, Bhutan, Cina, Bangladesh, Vietnam, Myanmar, Indonesia, Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Laos.
Populasi harimau yang kian menurun menyebabkan tercetusnya gerakan ini. Selain karena seleksi alam, tergerusnya kehidupan kucing besar juga disebabkan maraknya perburuan liar oleh manusia, juga semakin minimnya habitat harimau lantaran ulah manusia yang membuat raja hutan kelaparan. Kampanye Demi Raja Rimba Terekam dalam video pendek bertajuk “Confessions of a Tiger Poacher” dari channel YouTube WWF International yang diunggah l6 Agustus 2012, terkuak bahwa perburuan harimau didasari penjualan ilegal yang membuat harga harimau bisa sangat mahal di pasaran. Nyaris seluruh bagian tubuh harimau dianggap berharga, dari daging, tulang, taring, kuku, kulit, bahkan penis. Beberapa pengobatan tradisional meyakini mujarabnya bagian tubuh macan tertentu untuk menyembuhkan penyakit. Selain itu, ada orang yang cenderung bangga jika memiliki benda-benda yang terbuat dari bagian tubuh harimau. Dilansir The Guardian (24 November 2010), para pemimpin dunia mendukung program pemulihan harimau dalam lingkup internasional, yakni rencana untuk menindak pemburu liar dan memberikan insentif keuangan untuk memperbanyak populasi harimau di bumi. Baca juga: Hikayat Harimau dan Manusia Digelarnya KTT Harimau Internasional pertama pada 2010 yang dibuka Presiden Rusia Vladiir Putin mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk WWF, Wildlife Conservation Society (WCS), Bank Dunia, juga sejumlah negara lain. Robert Zoellick dari Bank Dunia hadir, juga publik figur terkenal macam Leonardo DiCaprio dan Naomi Campbell. Mereka siap mendukung kampanye pelestarian harimau liar agar tak punah. Para pendonor dalam KTT tersebut menjanjikan dana sebesar 329 juta dolar AS selama lima tahun ke depan sebagai langkah pertama menuju kampanye penggandaan populasi harimau di dunia. WWF, organisasi perlindungan alam internasional, kemudian mencanangkan program TX2 dengan mengusung misi melipatgandakan populasi harimau liar dengan target lebih dari 6.600 ekor pada 2022 mendatang. Nestapa Macan Ikon Asia Harimau sering dianggap sebagai ikon Asia. WWF menyebut hewan predator ini merupakan salah satu warisan budaya dan sejarah. Lalu, apa yang terjadi apabila harimau tidak lagi ada di dunia? Menurut WWF, setiap hewan yang ada di dunia merujuk pada suatu keseimbangan siklus rantai makanan dan harimau adalah salah satu binatang yang berada di puncaknya. Sebagai predator utama, harimau menjaga populasi spesies mangsa, yaitu menjaga keseimbangan antara herbivora dan vegetasi di tempat di mana mereka berburu. Maka dari itu, ketidakseimbangan ekosistem akan terjadi apabila harimau punah. Padahal, ekosistem yang tidak seimbang akan membawa dampak buruk bagi dunia, termasuk kehidupan manusia bahkan dalam lingkup global, seperti ketimpangan populasi dan kelangkaan pangan. Harimau tidak hanya melindungi hutan dengan menjaga integritas ekologis, tetapi juga membawa tingkat perlindungan dan investasi tertinggi ke suatu wilayah. Harimau adalah “spesies payung” yang berarti eksistensi mereka ikut melestarikan banyak spesies lain di wilayah yang sama.
Untuk bertahan hidup dan berumur panjang, harimau membutuhkan habitat di alam liar maupun kawasan yang sengaja disiapkan untuk kebutuhan ini. Habitat ideal bagi harimau jantan dewasa luasnya bervariasi, mulai dari 150 hingga 1000 kilometer persegi. Maka itu, kawasan hutan yang utuh dan luas harus dilestarikan untuk konservasi harimau. Data terakhir pada 2016 menyebutkan, hanya ada sekitar 3.900 ekor harimau liar di seluruh dunia. Di India, negara dengan populasi harimau terbanyak, kini cuma memiliki 2.200 ekor harimau liar. Dikutip dari Rekoforest.org, kondisi ini membuat International Union for Conservation Nature (IUCN) memasukkan seluruh jenis harimau ke dalam klasifikasi hewan yang terancam punah.
sumber : https://tirto.id/sejarah-hari-harimau-sedunia-tanggal-29-juli-agar-macan-tak-punah-effe
More Stories
Artha Graha Peduli Berikan Bibit Ikan ke SDN 01 Ancol, Dukung Ketahanan Pangan dan Makanan Bergizi Gratis
Artha Graha Peduli Salurkan Bantuan dan Pendampingan untuk Warga Rempang yang Bayinya Meninggal Akibat Infeksi
Dukung Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Tim Saber AGP Ikut Jaga Kebersihan dan Keamanan