www.cnnindonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia — Di tahun paling panas sepanjang sejarah menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) ini, Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim akan kembali digelar pada 30 November hingga 11 Desember mendatang.
Dengan ancaman pemanasan global yang kian parah, pertemuan bertajuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference ot The Parties ke-21 (COP21) ini kembali akan menekankan kontribusi setiap negara untuk mengurangi dampak perubahan iklim tersebut.
Indikator utama berkurangnya pemanasan global yang selalu dijadikan patokan dalam COP adalah upaya penurunan emisi gas buang dari setiap negara.
Sejak Protokol Kyoto diadopsi pada 1997 dalam COP3, setiap negara memasang target kontribusi mereka untuk menurunkan emisi gas buang agar suhu global tak naik lebih 2 derajat Celsius.
Dalam COP21, akan dilansir pula laporan sintesis UNFCCC mengenai pencapaian kontribusi pengurangan gas emisi dari 146 negara hingga 2015 yang dianggap cukup memuaskan.
“Terima kasih untuk kontribusi ini. Target 2 derajat Celsius kemungkinan akan tercapai jika prosesnya dipercepat,” demikian pernyataan resmi dari penyelenggara COP21.
Kendati demikian, jika upaya pengurangan emisi gas buang tiap negara masih stagnan, suhu udara global pada 2030 diperkirakan bakal meningkat hingga 3 derajat Celsius. “Berarti meningkat antara 2,7 dan 3,5 derajat Celsius di akhir abad,” tulis penyelenggara COP21.
Guna mencegah peningkatan suhu global tersebut, setiap peserta COP21 akan menyodorkan rencana strategi jangka pendek, menengah, dan panjangnya untuk mengurangi emisi gas buang negaranya masing-masing. Presiden Indonesia, Joko Widodo, pun akan memberikan pernyataan resminya dalam COP21 pada 30 November.
Pada periode hingga 2020, Indonesia memasang target dapat mengurangi emisi gas buang hingga 29 persen. Namun hingga kini, Indonesia baru berhasil mencapai sekitar 26 persen. Dan ini diperparah dengan kebakaran hutan yang melanda Indonesia.
“Dengan upaya yang sudah ada sekarang, kami yakin dapat mencapai target pada 2020,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers pada Kamis (26/11) lalu.
Sedang pada 2030, Indonesia sendiri akan memasang target menurunkan emisi gas buang hingga 41 persen. “Kami akan memaparkan upaya ke depan juga saat KTT COP21,” kata Arrmanatha.
Dana untuk negara berkembang
Agar upaya setiap peserta terus terpantau, COP21 akan membahas mengenai mekanisme penilaian lima tahunan.
Selain mengelaborasi ranah teknis, dalam COP21 juga akan dipublikasikan laporan finansial iklim oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan lembaga think thank Inisiatif Regulasi Iklim (CPI).
Laporan tersebut menunjukkan bahwa negara maju berhasil menghimpun dana hingga US$62 miliar pada 2014 untuk membantu negara berkembang mengatasi perubahan iklim.
“Berita ini menunjukkan bahwa komitmen negara maju di Copenhagen pada 2009 untuk mengumpulkan US$100 miliar hingga 2020 akan tercapai,” tulis tim penyelenggara COP21.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia juga mengatakan bahwa tim delegasinya akan melakukan dorongan politik agar semua peserta dapat bekerja sama dengan baik dalam menangani masalah perubahan iklim.
“Negara maju harus melakukan lebih, negara berkembang juga berkontribusi. Negara maju yang memimpin,” ucap Direktur Kerja Sama Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri, Toferry P. Soetikno. (stu)
sumber: http://www.cnnindonesia.com/internasional/20151128144329-134-94622/pencapaian-dan-target-dalam-cop21/
More Stories
Artha Graha Peduli Berikan Bibit Ikan ke SDN 01 Ancol, Dukung Ketahanan Pangan dan Makanan Bergizi Gratis
Artha Graha Peduli Salurkan Bantuan dan Pendampingan untuk Warga Rempang yang Bayinya Meninggal Akibat Infeksi
Dukung Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Tim Saber AGP Ikut Jaga Kebersihan dan Keamanan