November 25, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Belum Sah tanpa ke Barelang

MI/HENDRI KREMER

Hendri Kremer | Weekend

Minggu   09 Desember 2018,    03:00  WIB

BANYAK orang enggan berjalan-jalan di luar ruang tatkala panas terik matahari tengah menyengat. Namun, di kawasan Barelang (Batam-Rempang-Galang), keindahan panoramanya justru tampak maksimal dalam kondisi cuaca tersebut.

Seperti ketika siang itu, Rabu (5/12), saat saya berada di Barelang. Suhu tengah berkisar 30 derajat celsius. Langit terlihat cerah kebiruan. Dari atas Jembatan Barelang, tampak pantulan laut yang mengelilingi sejumlah pulau setelah Batam. Pantulannya bak selendang ungu yang meliuk-liuk di celah-celah antarpulau dan nantinya berujung di Pulau Galang yang identik dengan Kampung Vietnam.

Ya, di masa lalu, para pengungsi era rezim komunis di Vietnam ialah orang-orang yang sempat menyaksikan indahnya panorama ‘selendang ungu’ tersebut. Mereka bahkan punya istilah khusus untuknya, yaitu kang cuang mo tim.

Tidak sedikit para pengungsi Vietnam yang dulu dikenal sebagai manusia perahu menyucikan aliran laut yang mengaliri pulau-pulau di sekitar Batam itu. Mereka percaya bahwa ‘selendang ungu’ tersebut terurai dari Dewi Guan Shi Pu Sha, yang menyelamatkan mereka dari perang saudara pada era 1970-an. Tidak mengherankan jika di tempat pengungsian mereka di Pulau Galang tersebut, didirikan Patung Dewi Guan Shi Pu Sha.

Di era sekarang, hampir setiap tahun para eks pengungsi Vietnam maupun anak keturunannya mengunjungi kembali lokasi pengungsian di Pulau Galang tersebut sebagai penghormatan kepada para leluhur mereka.

Memang, jejak-jejak peninggalan para pengungsi Vietnam di atas lahan seluas 80 hektare masih banyak di Barelang, tepatnya di Jembatan 6 Barelang, Galang Baru. Berjarak 50 kilometer dari pusat kota Batam, kawasan jembatan tersebut tiap hari ramai dikunjungi wisatawan.

Untuk mencapai jembatan yang kini menjelma ikon Batam tersebut, saya menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari pusat kota, melalui jalan Trans-Barelang. Tak ada trayek kendaraan umum untuk mencapai lokasi jembatan yang ada di sisi selatan Pulau Batam ini. Jadi, para pengunjung harus menggunakan jasa travel atau kendaraan pribadi.

Begitu tiba, terlihat pintu gerbang yang bertuliskan Kawasan Wisata Pulau Barelang (Ex Camp Vietnam). Ada petugas yang memungut biaya Rp10 ribu per pengunjung.

 

Kawasan yang dikelola BP Batam tersebut tertata rapi. Jalanannya beraspal dan bersih. Penunjuk arah sangat jelas sehingga tidak usah khawatir akan kebingungan saat berada di sana.

Di lokasi tersebut, sejumlah bekas peninggalan pengungsi Vietnam mulai ditata sesuai aslinya, di antaranya perahu yang digunakan pengungsi mengarungi lautan dari Vietnam ke Barelang. Saat ini peninggalan bersejarah tersebut sedang dibangun ulang.

Sebenarnya, selain Ex Camp Vietnam yang punya nilai historis tersebut, banyak spot wisata lain di kawasan Barelang yang dapat dinikmati para pelancong. Meski belum semua tertata profesional, sayang jika tempat-tempat tersebut dilewatkan saat bertandang ke Batam. Sebut saja, Pantai Setokok, Melur, Melayu, Zore, Sembulang, Galang Cantik, Barelang Bay, dan banyak lagi pantai di kawasan tersebut. Rasanya, belum sah kunjungan ke Batam jika belum mengeksplorasi kawasan Barelang ini.

Sembari menjelajah, pengunjung juga bisa menjajal aneka ragam makanan laut yang berjejer sepanjang jalan menuju Pulau Rempang dan Galang. Ada pula para penjaja buah naga yang memang ditanam di lahan seluas puluhan hektare di Pulau Rempang.

Sebelumnya, Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Lukita Dinarsyah Tuwo pernah mengemukakan, Pulau Rempang dan Pulau Galang merupakan tempat wisata yang harus digali kembali potensinya karena sudah tertidur. Untuk itu, BP Batam akan membentuk kawasan wisata terpadu demi memajukan sektor turisme yang saat ini memang difokuskan guna menarik investasi asing.

“Potensinya sangat besar. Ini yang perlu disikapi dengan membangun tempat-tempat yang dapat menarik untuk dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri. Jika terus tidur, Batam tidak akan berkembang,” ucapnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, pariwisata memang kini diharapkan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Batam. Apalagi, Batam memiliki posisi strategis sebagai tempat persinggahan bagi mereka yang akan berkunjung ke Singapura atau Malaysia, atau sebaliknya.

Pada Januari hingga Juli 2018, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Batam mencapai 1 juta orang, atau naik 19,82% dari periode serupa di 2017. Jika ditambahkan dengan jumlah kunjungan wisman pada Agustus belum dirilis, tetapi sudah tercatat, total wisman sudah 1,2 juta. Jumlah itu diharapkan menjadi 1,8 juta di akhir 2018. (M-2)

 

Sumber : https://mediaindonesia.com/weekend/202957/belum-sah-tanpa-ke-barelang