zoomx.co
GASTRO AUGUST 25, 2015
Usai diracik selama 16 jam sejak pukul 07.00 hingga 23.00 waktu Milan, Italia (16/8/2015), Tumpeng seharga Rp. 600 juta habis dimakan lebih dari 5000 orang. Angka yang cukup mencengangkan, mengingat jumlah warga Indonesia yang tinggal di kawasan tersebut dan tamu undangan tidak lebih dari 600 orang.
“Sisanya kan berarti dinikmati pengunjung. Pengunjung itu publik yang mayoritas orang Eropa. Wow mereka enjoy dengan makanan kita. Tidak ada keluhan sakit perut sampai saat ini,”ujar Hanna Lilies Puspawati, Pengurus Senior AGP, penuh senyum.
Barisan manusia antri di balik ‘gunungan emas’ yang terdiri dari 8 undukan, 17 jenis lauk, dan 45 ‘candi-candi’ kecil di sekitarnya, rapi menunggu giliran selama 2 jam untuk menyicipi hidangan khas syukuran orang Indonesia yang berada di tanah Eropa, tak ada kesan capek apalagi marah.
Siapa sangka, di benua yang katanya sangat menjunjung tinggi kebersihan/higienis makanan, warga internasional kawasan Milan, Italy, justru antusias menikmati hidangan Indonesia yang biasa dimakan riungan tersebut.
Tumpeng, begitulah sebutan dari makanan yang baru saja meraih 2 penghargaan dari Guinness World Records (GWR) sebagai ‘The Tallest Tumpeng’ dan ‘Tumpeng Terbesar yang dibuat di Luar Negeri’ oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
Melalui tangan Tomy Winata, penghargaan dari GWR diberikan kepada Artha Graha Peduli (AGP), tepat di usia 70 tahun Indonesia. “Kita wajib low profile dalam menanggapi semua apresiasi itu, karena ini semua hasil kerja semua orang bukan hanya AGP,”kata Tomy Winata, saat media mulai menyoroti tumpeng seberat 1,2 ton ini.
Heka Hartanto, selaku Pengurus Senior AGP, menambahkan, sifat higienis warga lokal terhadap makanan menjadi satu tantangan. Bagaimana tumpeng tersebut dapat dihabiskan, sebagai salah satu syarat menerima rekor dunia. “Kalau di Indonesia, tumpeng kan menjadi makanan yang biasa dimakan rame-rame. tapi untuk orang Eropa, makan tumpeng hal yang jarang, bahkan tidak pernah dilakukan orang barat. Nyatanya mereka suka. Kami yakin melalui tumpeng mereka bisa mengikuti tradisi Indonesia,” senyum Heka dengan nafas lega.
Ide awal pembuatan tumpeng yang digawangi chef I Made Shandy Buana, semata-mata hanya sebagai ungkapan rasa syukur atas kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 70. Sekaligus menyamakan dengan tema World Expo Milano 2015 yang tengah berlangsung, Feeding the Planet dan Energy for Life.
“Awalnya hanya omongan-omongan, nyeletuk aja. Kalau di Milan Expo saat 17 Agustus tidak ada apa-apa, sepertinya ada yang kurang. Saya pikir tumpeng aja. Saat kita bilang tumpeng, kami tanya, mampu nggak yang ada disana (Milan)? Pikiran awal kita tumpeng biasa, kemudian berkembang. Tanggung kalau sudah masuk di sana (Milan) hanya tumpeng biasa. Akhirnya tercetuslah ide, bagaimana kalau tumpengnya dibuat besar? Sejalannya waktu dalam pertemuan dengan teman-teman, ide tumpeng ikut acara 17 Agustus. Jadi hanya sekedar omongan, bagamana filosofi 17 agustus 1945 itu tercermin?,”cerita Heka Hartanto, Pengurus Senior AGP.
Dibalik alasan sederhana itu, bagi Heka, tersimpan filosofi mendalam tentang tumpeng yang waktu persiapannya tak lebih satu bulan ini. “Tumpeng itu biasanya dibuat sebagai wujud rasa syukur kepada sang Pencipta, makanya semua tumpeng pasti mengerucut. Dengan lauk yang diambil dari alam, seperti sayur-sayuran dan daging, hal tersebut merepresentasikan filosofi manusia yang diberikan kehidupan dari alam dan semestanya. Ada nilai keseimbangan antara alam dan kehidupan. Tumpeng ini kan dimakan ramai-ramai, tidak ada orang yang makan tumpeng sendiri. Jadi filosofinya juga bahwa, rakyat Indonesia itu bersyukur bersama.”
Menerima mandat tersebut, chef Made awalnya hanya geleng-geleng kepala saat. Ia terdiam dan berfikir. Beresiko karena membawa nama Indonesia, tapi tetap yakin masih bisa dikerjakan dengan terbaik. Konsep yang matang adalah kunci keberhasilan si ‘gunung emas’. “Kami tidak boleh missed sedikitpun. Mulai dari proses pembuatan, skema dan mekanisme pembangunan tumpeng, sampai pembagian makanan kepada pengunjung dan tamu undangan pun harus diperhatikan secara detail. Hal yang paling menantang pada saat mempersiapkan bahan-bahan yang didatangkan dari Belanda, lalu membuat cetakan bulat dari aluminium, pengolahan komposisi beras dan ketan yang pas. Pengiriman dan penataan tumpeng juga menjadi perhatian hingga detail,”jelas chef Made.
Selain nasi kuning yang menjadi primadona, juga ada 17 lauk yang terdiri dari tumis buncis, telur balado, orek tempe, perkedel jagung, daging empal, sate lilit,pepes ikan, ayamgoreng, urab, sambal goreng kentang, omelet telur, sate udang pedas, rendang, tempe goreng dan tahu bacem, perkedel kentang, ikan teri asin, dan kacang, yang juga ikut diolah di dapur yang sama. Bisa bayangkan bagaimana hectic-nya dapur yang disewa di kawasan Baranzate? “Dapur sangat hectic, karenapanas dan penuh chef memasak tumpeng raksasa ini menghabiskan waktu lebih dari 15 jam, Tapi kami mengerjakan dengan bahagia. Kami bekerja iklas untuk Indonesia,”tutur chef Made.
Bersama lima chef lainnya—chef Chasohid, chef Reiky Alfaridzi, chef Satyo Ardianto, chef Ali Muhajar, dan chef Sudar—tumpeng yang penataanya dimulai sejak 10.00 sampai 16.00 waktu setempat, akhirnya siap dipamerkan, dan dimakan oleh khalayak.
Kekhawatiran dan kesulitan di dapur untuk meraih kelayakan makan pun sirna setelah menerima berbagai komentar ‘enak’ dan acungan jempol bermunculan. Delizioso ujar mereka dalam bahasa Italia. “Bangga, bersyukur, dan terharu bisa memberikan yang terbaik untuk hari kemerdekaan Indonesia. Khususnya Paviliun Indonesia di World Expo Milano, ajang kelas dunia,”ujar chef Made.
“AGP mengangkat tumpeng ini ke skala dunia. Dengan diakuinya oleh GWR, maka tumpeng Indonesia secara tidak langsung sudah disahkan milik Indonesia, jadi tidak bisa diambil apalagi diakui negara tetangga,”papar Akhmad Kusaeni, Koordinator Media Center AGP. —CP-POR /ZOOMX
sumber: http://zoomx.co/3002/berkah-tumpeng-terbesar-dunia-70-tahun-kemerdekaan-ri
More Stories
Artha Graha Peduli Berikan Bibit Ikan ke SDN 01 Ancol, Dukung Ketahanan Pangan dan Makanan Bergizi Gratis
Artha Graha Peduli Salurkan Bantuan dan Pendampingan untuk Warga Rempang yang Bayinya Meninggal Akibat Infeksi
Dukung Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Tim Saber AGP Ikut Jaga Kebersihan dan Keamanan