
WartaBhineka, Labuan Bajo (06/08/2025) – Lembaga internasional UNESCO kembali merilis pernyataan resmi yang menyoroti pentingnya pendekatan pembangunan berkelanjutan di kawasan Taman Nasional Komodo, menyusul berbagai rencana investasi pariwisata di pulau-pulau utama seperti Komodo, Rinca, dan Padar. Dalam dokumen terbaru yang diunggah di situs resminya, UNESCO menegaskan bahwa setiap bentuk pembangunan di kawasan ini harus menjamin kelestarian Nilai Universal Luar Biasa atau Outstanding Universal Value (OUV) yang menjadi dasar penetapan taman nasional tersebut sebagai Situs Warisan Dunia sejak tahun 1991.
Peringatan ini muncul di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap sejumlah proyek pariwisata berskala besar yang dinilai berpotensi berdampak negatif terhadap ekosistem Komodo. Namun demikian, UNESCO juga memberikan ruang bagi model kemitraan strategis yang mendukung upaya pelestarian, asalkan dibangun atas prinsip keberlanjutan dan keterbukaan terhadap evaluasi lingkungan yang ketat.
Salah satu pihak yang kini menjadi sorotan positif adalah PT Palma Hijau Cemerlang (PHC), perusahaan nasional yang terlibat langsung dalam kerja sama konservasi bersama Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) di kawasan Pulau Padar. Melalui kemitraan di atas lahan seluas 5.815,3 hektare, PHC hadir dengan pendekatan berbeda dari model investasi wisata massal: mengedepankan visi untuk melestarikan lingkungan dan mendukung konservasi jangka panjang.
Kepala BTNK, Hendrikus Siga, dalam keterangannya menjelaskan bahwa keterlibatan PHC diarahkan untuk membantu konservasi, sebuah pernyataan yang mengindikasikan bahwa perusahaan ini menempatkan konservasi sebagai pilar utama dalam operasionalnya. Meski belum seluruh rencana detail kegiatan dipublikasikan, pendekatan yang diambil PHC dinilai sejalan dengan rekomendasi UNESCO yang mendorong keterlibatan sektor swasta dalam pelestarian alam secara bertanggung jawab.
“Kami meyakini bahwa pembangunan dan pelestarian tidak harus saling bertentangan. Justru, melalui kemitraan yang baik dengan pemerintah dan masyarakat, kami ingin menunjukkan bahwa investasi yang berwawasan lingkungan bisa memperkuat upaya konservasi,” ujar perwakilan manajemen PT Palma Hijau Cemerlang dalam pernyataan resminya.
Rekomendasi UNESCO: Pariwisata Harus Berbasis Keberlanjutan
Dalam dokumen yang dipublikasikan pada 1 Agustus lalu, UNESCO menegaskan bahwa seluruh proyek di kawasan Taman Nasional Komodo wajib tunduk pada hasil kajian Environmental Impact Assessment (EIA) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang ketat. Proyek-proyek tersebut juga harus dievaluasi secara menyeluruh terhadap dampaknya pada OUV dan melibatkan konsultasi publik yang inklusif sebelum diimplementasikan.
UNESCO menyampaikan bahwa selain ancaman terhadap satwa komodo, perubahan zonasi dan tekanan terhadap kawasan pesisir serta laut juga memerlukan perhatian khusus. Lembaga ini juga mendorong penguatan regulasi untuk kapal wisata, liveaboard, serta mekanisme pemanfaatan hasil ekonomi pariwisata demi mendukung pelestarian.
“Tidak ada usulan pembangunan yang disetujui yang boleh berdampak negatif terhadap OUV,” tegas UNESCO.
Dalam konteks inilah, PHC hadir sebagai contoh bagaimana pendekatan kolaboratif dapat menjadi bagian dari solusi. Dengan sumber daya yang kuat dan visi berkelanjutan, PHC membuka peluang untuk membangun model investasi konservasi yang tidak hanya mengurangi tekanan terhadap kawasan, tetapi juga memperkuat ketahanan ekosistem, memberdayakan masyarakat lokal, dan memperluas manfaat ekonomi secara adil.
Langkah Lanjutan dan Komitmen Jangka Panjang
UNESCO meminta Pemerintah Indonesia untuk menyerahkan laporan komprehensif mengenai status konservasi dan pelaksanaan seluruh rekomendasi paling lambat 1 Desember 2026, sebagai bahan evaluasi dalam sidang ke-49 Komite Warisan Dunia.
Menanggapi hal ini, PHC menyatakan komitmennya untuk berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, pengelola taman nasional, akademisi, dan masyarakat sipil, guna memastikan bahwa semua langkah yang diambil berjalan sesuai kaidah ilmiah, regulasi nasional, dan prinsip pelestarian global.
“Kami percaya bahwa pariwisata berkualitas tinggi hanya bisa tumbuh di lingkungan yang sehat dan lestari. Komitmen kami bukan sekadar pada konservasi, tetapi pada keberlanjutan yang menyeluruh—lingkungan, sosial, dan ekonomi,” tambah manajemen PHC.
Menuju Masa Depan Komodo yang Lestari
Keberadaan Taman Nasional Komodo sebagai situs warisan dunia tak hanya penting bagi Indonesia, tapi juga bagi dunia. Saat tantangan konservasi dan tekanan pembangunan terus meningkat, keterlibatan sektor swasta seperti PHC yang berkomitmen pada prinsip sustainability-driven investment akan menjadi kunci keberhasilan menjaga warisan ini untuk generasi mendatang.
Dengan model pengelolaan yang tepat, kawasan seperti Pulau Padar bisa menjadi bukti bahwa alam dan manusia bisa berjalan seiring, tanpa saling mengorbankan. Kini, tinggal bagaimana semua pihak mewujudkannya bersama.
More Stories
UNESCO Kembali Beri Peringatan, Namun Soroti Pentingnya Kolaborasi untuk Konservasi Komodo
Rayakan Kemerdekaan untuk Nusantara, Hotel Borobudur Jakarta Gelar “Discover Nusantara”
AG Peduli dan AG Network Dukung Helatan Kongres Diaspora ke-8 di IKN