www.rmol.co
SENIN, 02 NOVEMBER 2015 , 09:22:00 WIB
RMOL. Paviliun Indonesia digagas almarhum Didi Petet dengan bendera Koperasi Pelestari Budaya Nusantara (KPBN). Pemerintah sebelumnya memutuskan tidak mengalokasikan APBN untuk penyelenggaraan Paviliun Indonesia di World Expo 2015. Didi mengajukan diri untuk mengelola, dan diberi restu oleh pemerintah melalui Kementerian Perdagangan.
Saatpembukaan awal Mei 2015, Paviliun Indonesia belum siap dan dianggap mengecewakan. Kabar miring menyudutkan nama Indonesia sampai akhirnya Didi Petet meninggal dunia. rtha Graha yang awalnya hanya sponsor dan berperan dalam penyediaan makanan dan minuman di restaurant, berubah menjadi senior partner, yaitu menjadi penanggung jawab operasional Paviliun Indonesia bersama-sama dengan KPBN.
Berikut jawaban Artha Graha, Tomy Winata atas pertanyaan seputar Paviliun Indonesia:
Selamat ya, Paviliun Indonesia menjadi 10 besar di dunia dan peringkat 1 di Asia…
Saya rasa pencapaian ini nggak lepas dari mimpi almarhum Didi Petet. eliau ingin membawa nama Indonesia di panggung dunia. Mudah-mudahan di alam sana beliau menyaksikan apa yang kita lakukan.
Bisa diceritakan bagaimana keterlibatan Artha Graha di Paviliun Indonesia?
Beliau (Didi Petet) merasa berat, terus ngajak saya ngomong. Saya bilang, kita bantu deh menjalankan operasional lebih luas lagi. Belum selesai perumusan, beliau meninggal dunia. Oleh teman-teman diinformasikan ada amanah dari beliau saya jangan mundur. Naluri saja berjalan. Saya nggak punya pamrih aneh-aneh untuk menyelamatkan pavilion.
Apa sih yang mendorong Bapak untuk menyelamatkan Paviliun Indonesia?
Kenapa? karena paviliun itu namanya Paviliun Indonesia. Ada bendera merah putih, burung garuda. Itu kan legitimasi bangsa dan negara. Sebagai orang Indonesia, apa kita biarkan dilecehkan orang. Itu saja. Kita tidak mampu membuat jadi hebat, tapi berusaha untuk tidak terlalu dilecehkan orang. Kami tak punya motif apa-apa. Kami hanya tak terima jika Paviliun Indonesia dibully.
Berapa total biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan Paviliun Indonesia selama enam bulan sampai penutupan?
Kami sudah tak lagi memperhitungkan biaya. Bagi saya, nama baik Indonesia lebih penting dari usaha saya. Nama baik Indonesia lebih mahal daripada Artha Graha. Kalau kita sudah membela nama Indonesia, maka yang lain jadi murah. Jangankan perusahaan, saya sendiri kalau harus jadi korban, ya korban.
Kalau personil dan sumber daya manusia berapa banyak yang dikerahkan untuk membantu?
Semua orang di AGN/AGP mendukung. Saya tidak menghitung-hitung lagi. Kalau negara sudah memanggil, semua harus terpanggil, semua harus ikut.
(Dari Media Center Artha Graha dan tim Pokja PR Milan diperoleh informasi bahwa hampir 90 karyawan Artha Graha diterbangkan bergiliran dari Jakarta ke Milan. Mereka ditugaskan menjalankan operasional paviliun Indonesia. Ada yang menetap selama dua bulan, ada juga yang lebih dari enam bulan belum menginjakkan kaki kembali ke Indonesia. Sebelum ditugaskan di Milan, sebulan penuh mereka diberi pelatihan dan pembekalan di Discovery Hotel & Convention Ancol (DHCA) untuk menjadi duta-duta Indonesia)
Milan Expo telah ditutup, mau diapakan bangunan dan semua isi Paviliun Indonesia?
Kita mau selesaikan segera. Kita bongkar dan packing bawa pulang semua. Biayanya mulai dari pembongkaran sampai barang dikirim ke Jakarta sekitar 500 ribu euro. Awalnya beberapa bagian akan dihibahkan ke pengusaha properti asal Jerman yang kebetulan datang ke Milan Expo dan tertarik dengan arsitektur bangunan Paviliun Indonesia. Itu tentu karena perlu biaya untuk bongkar dan bawa balik Jakarta. Mungkin bangun yang sama di Jakarta lebih murah dibanding ongkos bongkar di sini. namun, rencana hibah batal.
(Informasi dari pengelola Paviliun Indonesia menyebutkan pengusaha Jerman yang awalnya ingin membuat restoran dari sebagian material di Paviliun Indonesia tertimpa musibah kebakaran sehingga tak bisa melanjutkan rencana bisnisnya)
Saat penutupan bapak memakai baju batik Didi Petet? Dari mana dapat baju itu?
Kemeja itu diberikan istri Didi Petet Uce Sriasih saat berkunjung ke Paviliun Indonesia pertengahan Oktober 2015. Katanya itu kemeja batik kesayangan Mas Didi. Waktu itu, Ibu Uce titip pesan, mudah-mudahan saya berkenan memakai. Saya bilang, pada acara selamatan penutupan pasti saya pakai. Itu ceritanya. ***
sumber: http://www.rmol.co/read/2015/11/02/223016/Tomy-Winata:-Kalau-Kita-Sudah-Membela-Nama-Baik-Indonesia,-Maka-Yang-Lain-Jadi-Murah-
More Stories
Dukung Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Tim Saber AGP Ikut Jaga Kebersihan dan Keamanan
Artha Graha Peduli dan Artha Graha Network Terjunkan Tim Saber dan Dukung People Fest
Meriahkan People Fest, Pengunjung Berkesempatan Raih Hadiah dan Produk GulaVit