Ahad , 26 Jan 2020, 15:24 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG — Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) menyambut harimau sumatera (pantheratigris sumatrae) dari Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) ketika sepenggal matahari naik, pada Rabu (22/1) lalu. Pesawat cassa yang mengangkut harimau dari Bandara Raden Inten II Provinsi Lampung mendarat tepat di hamparan rumput bak permadani hijau panjang di Tambling.
Tambling merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang dibentuk atas kerja sama Yayasan Artha Graha Peduli (AGP), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Balai Besar TNBBS. Letaknya kawasan konservasi satwa liar itu berada di ujung selatan Pulau Sumatera.
Dari luas keseluruhan TNBBS yang mencapai 356 ribu hektare, TWNC mengelola lebih dari 48 ribu hektare dan Cagar Alam Laut (CAL) seluas 14 ribu hektare. TWNC menaruh perhatian penuh terhadap satwa liar yang berada di ambang kepunahan terutama harimau sumatera dengan mendirikan Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera (Rescue Center) pada 2007.
Menurut Peneliti Senior Bagian Konservasi, Ardi Bayu Firmansyah, pusat rehabilitasi bertujuan memulihkan harimau yang mengalami konflik dengan manusia serta menyelematkannya dari ancaman kepunahan. Sejauh ini rescue center TWNC telah merehabilitasi 13 harimau, tujuh diantaranya sudah dilepasliarkan kembali ke alam.
“Harimau itu sebagai top predator, di rantai makanan harimau ada di puncak. Harimau sebagai indikator bahwa kalau populasi harimau sumatera baik berarti ekosistem di tempat itu baik, karena satwa mangsa itu masih banyak,” ujar Ardi di kantor TWNC, Lampung beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data World Wide Fund (WWF) pada 2018, keberadaan harimau sumatera di alam liar terdapat sekitar 400 ekor. Sementara hingga saat ini, berdasarkan pemantauan menggunakan camera trap, TWNC berhasil mengidentifikasi individu harimau kurang lebih 45 ekor yang mendiami kawasan Tambling.
Ardi menceritakan, medio 2008, TWNC menerima lima ekor harimau sumatera yang direlokasi ke pusat rehabilitasi TWNC usai berkonflik dengan manusia. Satu ekor buaya yang datang bersamaan dilepasliarkan di kawasan Tambling.
Sementara dua ekor harimau yang diberi nama Pangeran dan Agam dilepasliarkan pada 22 Juli 2008 setelah menjalani perawatan, sedangkan tiga ekor lainnya masih direhabilitasi. Kedua harimau itu menjadi pelepasliaran pertama di TWNC yang dilakukan oleh Menteri Kehutanan MS Kaban.
“Harimau yang dibawa ke sini untuk direhabilitasi dan setelah perilakunya siap, secara kesehatan siap, perilakunya normal, itu akhirnya dilepasliarkan kembali,” lanjut Ardi.
Setahun kemudian, pusat rehabilitasi satwa TWNC diresmikan sebagai Lembaga Konservasi Satwa oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pada 15 Oktober 2009. Lalu pada 22 Januari 2010, Zulkfili Hasan berkesempatan melepasliarkan dua harimau yakni Buyung dan Panti.
Pada 2011 ada seekor harimau yang terus-menerus mendekati pusat rehabilitasi TWNC. Setelah diamati ternyata harimau itu terluka sehingga petugas TWNC memutuskan untuk menangkapnya agar mendapatkan perawatan di kandang rescue.
Secara tak terduga, harimau itu adalah Panti yang diketahui dari ciri-cirinya yang sudah terdata di TWNC. Saat menjalani proses perawatan, Panti melahirkan tiga anak harimau yang diberi nama Bintang, Topan, dan Petir oleh almarhum Ani Yudhoyono.
Setelah menjalani rehabilitasi, Petir dan Panti akhirnya dilepasliarkan pada 3 Maret 2015 oleh Menteri KHLK Siti Nurbaya dan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Tak lama berselang pada 21 September, seekor anak harimau ditemukan dengan induknya di sekitar Pos Keamanan di enclave TWNC dengan luka serius di bagian perut.
Tim TWNC segera menyelamatkan anak harimau itu agar mendapatkan pengobatan. Hingga akhirnya, anak harimau yang kemudian diberi nama Muli dilepasliarkan pada 10 Juni 2017 oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Gatot juga melepasliarkan puluhan penyu dan ratusan burung ke alam liar.
Bahkan, tim patroli pernah menemukan kaki rusa sambar tergantung dengan tali di pohon pada 22 November 2015 di Blok 20 dan kepala landak pada 14 Juni 2015 di Blok 25, hingga bangkai beruang yang diambil taring, empedu, dan kuku. Pemburu satwa justru meninggalkan jejak.
“Ini mereka kayak nantangin, masih bisa memburu. Tapi kita justru tambah penjagaan di TWNC,” kata seorang petugas.
Sumber :https://republika.co.id/berita/q4pgoo423/intip-pusat-rehabilitasi-harimau-sumatra-di-tambling-lampung
More Stories
Artha Graha Peduli Berikan Bibit Ikan ke SDN 01 Ancol, Dukung Ketahanan Pangan dan Makanan Bergizi Gratis
Artha Graha Peduli Salurkan Bantuan dan Pendampingan untuk Warga Rempang yang Bayinya Meninggal Akibat Infeksi
Dukung Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, Tim Saber AGP Ikut Jaga Kebersihan dan Keamanan