November 3, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Gatot Nurmantyo Ditembak Peluru Usang

Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo kini mendapat giliran ditembak setelah Din Syamsuddin. Penyerangan pun datang bertubi-tubi terhadap para deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi, Selasa (18/8/2020).

Bagi Gatot Nurmantyo memang bukan hal baru kena bidikan apalagi peluru-peluru yang dilesatkan lawan terbilang usang. Isu kembali bertebaran, termasuk kedekatannya dengan pengusaha Tomy Winata alias TW, bisnis di TNI, sampai soal ambisi nyapres.

Media sosial dijadikan medan peperangan untuk mengarahkan peluru itu kepada Gatot Nurmantyo. Entah siapa yang menjadi dalangnya. Narasinya bukan dalam bentuk video tapi dikemas dalam beberapa gambar yang diberikan tambahan kata-kata menyerang.

Gambar-gambar yang berkaitan dengan isu tentang Gatot Nurmantyo itu berseliweran di jagat dunia maya. Memantik komentar warganet. Ada yang percaya, ada yang tak percaya. Ada yang kaget, ada yang tidak kaget.

 

 

Terkait penyerangan terhadap Gatot, Deklarator KAMI, Ahmad Yani, mengaku tak kaget. “Sudah kita perkirakan seperti itu. Kita menganggapnya hal yang remeh-temeh kok,” jelas Ahmad Yani.

Mantan anggota Komisi III DPR ini menilai penyerangan dengan peluru usang itu merupakan cara norak dan kekanak-kanakan. “Kaya orang kebakaran jenggot, gugup,” jelasnya.

Namun, Yani tidak membantah, bahwa Gatot sudah lama berteman dengan TW. Pertemanan keduanya sudah terjalin sejak Gatot menjadi ajudan Jenderal (Purn) Edi Sudrajat, Panglima ABRI, dan Menteri Pertahanan dan Keamanan era Presiden Soeharto. Tapi, hal itu tidak membuktikan Gatot

 

 

Yani menyatakan, KAMI menerima Gatot karena memiliki kesamaan pandangan. “Yang bergabung dengan KAMI ini punya kesamaan melihat Indonesia saat ini. Sama dengan jati diri kami. Yang cocok boleh bergabung. Siapa saja,” ungkapnya.

Mantan politikus Partai PPP ini meminta cara-cara menyudutkan KAMI dengan serangan seperti yang dilayangkan pada Gatot dihentikan. Seharusnya, menurut Yani, pemerintah dan DPR berterima kasih dengan kehadiran KAMI. Organisasi itu bisa jadi alternatif penyambung suara rakyat, yang disebut Yani tidak mungkin lagi ditampung DPR. “Daripada rakyat mengambil jalannya sendiri, lebih bahaya lagi,” katanya.

Namun, pentolan KAMI lainnya, Syahganda Nainggolan, lebih santai menanggapi serangan terhadap Gatot itu. “Kalau dia (Gatot) deket dengan TW, bagus dong. Artinya, dia tidak bermusuhan dengan taipan,” kata Syahganda.

 

 

Syahganda justru menegaskan, dengan kedekatan itu, Gatot punya peluang untuk membuat rakyat lebih makmur. Gatot disebutnya punya konsep pembagian kesejahteraan yang menarik yakni jika kekayaan atau aset negara berupa hutan atau tambang dikelola swasta maka 70 persennya harus diberikan kepada negara atau koperasi.

“Itu konsepnya Pak Gatot. Bukannya dekat pribadi atau enggak pribadi, tapi konsepnya mengutuk oligarki. Karena Pancasila itu mengajarkan keadilan sosial,” jelasnya.

Ia menilai serangan terhadap Gatot merupakan sesuatu yang wajar. Sebab, Gatot dianggap sosok yang kuat untuk menggerakkan perubahan sosial. “Tapi ini kan koridor demokrasi, masak dilarang, diserang, disudutkan. Dengan peluru usang pula. Biasa-biasa sajalah,” pungkasnya.

 

 

Kemarin, Gatot berada di Solo menghadiri deklarasi KAMI DIY-Jateng. Dia belum bicara mengenai tudingan tersebut. Tapi, menilik ke belakang, pada 2018, Gatot pernah blak-blakan bicara soal kedekatannya dengan TW.

“Orang bilang, ‘Wah, Pak Gatot dekat sama TW.’ Memang iya. Saya tidak pernah malu karena saya tahu benar komitmen dia,” jelas Gatot seperti dikutip dari Tempo.

Gatot mengaku mengenal TW sejak 1983-1985, saat dirinya masih menjadi ajudan Edi Sudradjat, yang saat itu masih menjabat Pangdam III/Siliwangi. Edi mengenalkannya kepada TW, dengan menyebut Gatot sebagai anak muda yang potensial. “Ini Tomy, saya akan didik,” tutur Gatot menirukan pernyataan Edi saat pertama kali bertemu TW, yang saat itu baru memulai usaha. Gatot ingat, saat itu TW masih menggunakan sepeda motor untuk wara-wiri.

 

 

Kedekatannya dengan TW kian terjalin ketika Bank Artha Graha ingin mengakuisisi Bank Arta Prima pada 1997. Bank tersebut kemudian berubah nama menjadi Bank Pratama. Gatot saat itu menjadi Sekretaris Komisaris Bank Artha Graha.

“Sehingga saya tahu seluk-beluknya. Saya-lah yang membuat aktivasinya sampai detik-detik terakhir itu dikawinkan,” bebernya. Namun, Gatot membantah ada proyek yang mereka mainkan.

TW juga mengakui kedekatannya dengan Gatot. Dia mengundang Gatot melepas seekor anak harimau di Tambling Wildlife Nature Conservation di Pesisir Barat, Lampung pada 2018. “Kehadiran Pak Gatot di sana sebagai kawan saya,” jelas TW, ketika itu.

 

Sumber :  https://indeksnews.com/gatot-nurmantyo-ditembak-peluru-usang/