November 2, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Tomy Winata adalah pengusaha keturunan Tionghoa ternama dari Indonesia. Nama Tionghoa Tomy Winata adalah Oe Suat Hong. Tomy Winata yang biasa dipanggil TW ini lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada 23 Juli 1958.

Jumat, 19 Juli 2019 11:18 WIB

TRIBUNNEWSWIKI.COM – Tomy Winata adalah pengusaha keturunan Tionghoa ternama dari Indonesia.

Nama Tionghoa Tomy Winata adalah Oe Suat Hong.

Tomy Winata dikenal sebagai bos atau pemilik Artha Graha Network.

Tomy Winata yang biasa dipanggil TW ini lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada 23 Juli 1958. (1)

Sejak kecil, Tomy Winata adalah seorang anak yatim piatu.

Ia dikenal sebagai seorang anak yang lahir di tengah keluarga serba kekurangan secara materi.

Saat ini, diketahui ia memiliki lima orang anak, dua diantaranya adalah Panji Winata dan Andi Winata. (2)

Presiden ke 5 RI, Megawati Soekarnoputri didampingi Bos Artha Graha Tommy Winata memberikan sembako murah di halaman kantor DPP PDI Perjuangan, Senin (22/12/2014). Pasar murah peduli rakyat yang difasilitasi Artha Graha Peduli ini digelar dalam rangkamemperingati hari ibu. Sedikitnya lebih dari 5000 kantong sembako disiapak dalam pasar murah ini. (WARTA KOTA/ADHY KELANA)

Seperti yang sudah disinggung di atas, bahwa Tomy Winata berasal dari keluarga miskin.

Pada 1972, ketika usianya baru 15 tahun, Tomy Winata dikenalkan dengan seorang pejabat militer di Singkawang.

Setelah perkenalan itu, Tomy Winata kemudian mendapat proyek untuk membangun kantor Koramil di Singkawang.

Selain itu, Tomy Winata juga menjadi penyalur barang ke tangsi-tangsi tentara di Indonesia.

Tomy Winata pernah mendapat proyek dari militer di Papua, Makassar, dan Ambon.

Di Papua, Tomy Winata berkenalan dengan Yorrys Raweyai.

Tomy Winata juga dikenal sebagai pengusaha yang dekat dengan kalangan militer, dua diantaranya adalah Letjen TNI (Purn) Tiopan Bernard Silalahi dan Jenderal Edy Sudrajat.

Tomy Winata juga akrab dengan beberapa jenderal lain.

Pada 1988, Tomy Winata bersama Yayasan Kartika Eka Paksi (Angkatan Darat) menyelamatkan sebuah Bank Propelat.

Bank yang semula dimiliki Yayasan Siliwangi ini hanya memiliki aset sebesar Rp 8 miliar.

Namun setelah diambil alih dan diubah namanya menjadi Bank Artha Graha, hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun bank itu sehat kembali.

Saat masa krisis 1998, Tomy Winata juga menyelamatkan Arta Pusara yang kemudian diganti namanya menjadi Artha Pratama.

Pada 1989, Tomy Winata kemudian mendirikan PT Danayasa Arthatama.

Tomy kemudian ikut serta dalam proyek raksasa senilai US$ 3,25 miliar di kawasan bisnis Sudirman Central Business Distric (SCBD) yang memiliki luas 45 hektar di jantung DKI Jakarta.

Tomy Winata juga telah mengambil alih Bank Inter-Pacific pada 2003.

Pada 2005, Bank Inter-Pacific melalui Pasar Modal kemudian mengambil alih kepemilikan Bank Artha Graha melalui Pasar Modal.

Namanya kemudian menjadi Bank Artha Graha Internasional.

Tidak hanya itu, Tomy Winata juga memiliki saham di Hotel Borobudur melalui PT Jakarta Internasional Hotels and Development. (3)

Bisnis Tomy WInata semakin menggurita.

Hal tersebut dapat dilihat dari perannya dalam membangun Bukit Golf Mediterania, Kelapa Gading Square, The City Resorts, Mangga Dua Square, Pacific Place, Discovery Mall Bali, Borobudur Hotel, The Capital Residence, Apartemen Kusuma Candra, Ancol Mansion, The Mansion at Kemang, Mall Artha Gading, dan Senayan Golf Residence.

Selain itu, sejumlah kapal pesiar yang dimili Tomy Winata dan usaha pariwisata yang dikelolanya di Pulau Perantara dan Pulau Matahari di Kepulauan Seribu turut mengokohkan dirinya sebagai konglomerat sukses.

Tidak hanya itu, lewat PT Sumber Alam Sutera, anak perusahaan Grup Artha GrahaTomy Winata pun menggarap bisnis benih padi hibrida dengan menggandeng perusahaan Tiongkok, Guo Hao Seed Industry Co Ltd. sebagai mitra dan menjalin kerjasama dengan Badan Penelitian Padi Departemen Pertanian.

Pusat Studi Padi Hibrida (Hybrid Rice Research Center) pun dibangun dengan dana investasi sebesar US$ 5 juta. (4)

Tomy Winata juga memiliki yayasan sosial yang bernama Artha Graha Peduli. (5)

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, bersama Pendiri Artha Graha Peduli Tommy Winata, menghadiri kick off pasar murah di kawasan SCBD, Jakarta, Sabtu (14/1/2017). Artha Graha Peduli (AGP) menggelar pasar murah menjelang Hari Raya Imlek agar masyarakat dapat membeli kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Sebelum terkenal sebagai pengusaha ternama, dari mulai property, perbankan, perkebunan, sampai infrastruktur, ternyata perjalanan Tomy Winata tak selamanya mulus.

Tomy Winata mengaku sempat bangkrut sebanyak lima kali.

Tomy Winata mengaku pernah bangkrut ketika meniti usaha di Kalimantan Barat, Papua, NTT, serta di Jakarta sebanyak dua kali, sehingga total lima kali ia bangkrut.

Meski berkali-kali bangkrut, namun Tomy Winata tidak putus asa dan menjadikan setiap kegagalan yang ia alami sebagai pembelajaran.

Hingga saat ini, perusahaan Tomy Winata di bawah Artha Graha Network sudah mempekerjakan sekitar 830.000 orang. (6)

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, bersama Pendiri Artha Graha Peduli Tommy Winata, menghadiri kick off pasar murah di kawasan SCBD, Jakarta, Sabtu (14/1/2017). Artha Graha Peduli (AGP) menggelar pasar murah menjelang Hari Raya Imlek agar masyarakat dapat membeli kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Kesuksesan bisnis Tomy Winata ternyata tidak lepas dari beragam isu dan kasus.

Tomy Winata dikabarkan termasuk satu di antara sembilan anggota mafia judi bersandi “Sembilan Naga” yang beroperasi di Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Makao.

Pada Mei 2000, Tomy Winata ditengarai menjalankan bisnis judi besar-besaran di Kepulauan Seribu sehingga Abdurrahman Wahid yang kala itu menjabat sebagai Presiden RI menyerukan agar Tommy Winata ditangkap.

Namun, saat inspeksi mendadak yang dilakukan oleh aparat dan Komisi B Bidang Pariwisata DPRD DKI Jakarta ke pulau itu dilaksanakan, tidak ada satupun bukti yang menunjukkan bahwa Tomy WInata menjalankan bisnis perjudian di sana.

Selain itu, berkaitan dengan Peristiwa 27 Juli 1996, Tomy Winata dituding memiliki andil dalam penyerbuan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat karena pada malam sebelumnya terjadi konsentrasi massa penentang Megawati di seputar Sudirman Central Business District.

Tomy Winata juga dituduh berada di balik penyerangan kantor Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) di Jakarta, pertengahan tahun 2002.

Pada Maret 2003, Tomy Winata kembali dituding menjadi tokoh di balik layar pengerahan dua ratusan massa yang berunjuk rasa memprotes tuduhan terlibatnya Tomy Winata dalam peristiwa terbakarnya pasar Tanah Abang yang dimuat dalam majalah Tempo edisi 3 pada 9 Maret 2003.

Aksi unjuk rasa tersebut berbuntut pada tindak kekerasan terhadap tiga wartawan Tempo dan pemimpin redaksinya serta perusakan gedung majalah dan koran tersebut. (7)

Kerap dihujani dengan isu miring, Tomy Winata menanggapi santai hal itu.

Menurut Tomy, tuduhan-tuduhan negatif yang diarahkan kepadanya adalah hal yang wajar, sehingga tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.

Tomy Winata memilih untuk menikmati tuduhan-tuduhan miring tadi sekaligus menjadiakannya sebagai bahan koreksi. (8)

sumber : https://www.tribunnewswiki.com/2019/07/19/tomy-winata