January 22, 2025

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

PELEPASLIARAN HARIMAU SUMATERA DI TAMBLING: MENGULAS KEMBALI PERISTIWA SEJARAH PADA 22 JANUARI 2010

PELEPASLIARAN HARIMAU SUMATERA DI TAMBLING: MENGULAS KEMBALI PERISTIWA SEJARAH PADA 22 JANUARI 2010

PELEPASLIARAN HARIMAU SUMATERA DI TAMBLING: MENGULAS KEMBALI PERISTIWA SEJARAH PADA 22 JANUARI 2010

Pada 22 Januari 2010, Indonesia mencatatkan sebuah peristiwa bersejarah dalam upaya konservasi satwa liar, khususnya harimau Sumatera. Pada hari tersebut, empat ekor harimau Sumatera yang ditangkap dari wilayah konflik di Aceh, resmi dilepasliarkan di Tambling Wildlife Nature Conservation (TNWC), sebuah kawasan konservasi yang terletak di Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. Pelepasliaran ini menjadi yang pertama di dunia dan menjadi simbol penting dalam upaya pelestarian harimau Sumatera yang terancam punah.

Heka Hertanto, Ketua Umum Artha Graha Peduli Yayasan Artha Graha Group yang menaungi TNWC, turut terlibat langsung dalam proses pemindahan harimau tersebut. “Kami merasa terhormat dapat menjadi bagian dari langkah penting ini dalam upaya melestarikan harimau Sumatera. Keberhasilan ini tidak hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia, karena harimau Sumatera merupakan salah satu spesies yang terancam punah dan membutuhkan perhatian serta tindakan nyata dari kita semua,” ujar Heka Hertanto.

Kawasan Tambling yang dikelola oleh Artha Graha Peduli, melalui pengusaha Tomy Winata, memiliki luas 48.000 hektar dan diharapkan menjadi pusat penelitian dan konservasi flora dan fauna Indonesia. Nama Tambling sendiri diambil dari penggabungan dua teluk besar di kawasan ini, yaitu Teluk Tampang dan Tanjung Belimbing. Dengan hutan alam yang masih terjaga dengan baik, Tambling menjadi rumah yang ideal bagi berbagai spesies, termasuk harimau Sumatera.

Kondisi Harimau Sumatera di Alam Liar

Saat ini, harimau Sumatera berstatus terancam punah. Menurut catatan WWF, diperkirakan hanya tersisa sekitar 400 ekor harimau Sumatera yang hidup di alam liar, dengan sepertiga di antaranya berada di wilayah Riau. Pada tahun 2007, hutan Riau tercatat sebagai rumah bagi 192 ekor harimau liar, namun kini jumlah tersebut terus menurun. Hilangnya habitat alami, perburuan liar, serta konflik dengan manusia merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup harimau Sumatera di alam liar.

Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk melindungi spesies ini, TNWC telah menjadi salah satu kawasan konservasi yang aktif dalam menjaga dan melestarikan harimau Sumatera, serta satwa liar lainnya yang ada di wilayah tersebut. “Pelepasliaran pada tahun 2010 merupakan tonggak sejarah, tetapi tantangan kita belum berakhir. Kami akan terus bekerja keras untuk menjaga habitat harimau dan memastikan keberlangsungan hidup mereka,” kata Heka Hertanto.

Dengan segala upaya dan dedikasi, Tambling dan Artha Graha Peduli berkomitmen untuk terus mendukung upaya konservasi harimau Sumatera, serta menciptakan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pelestarian satwa liar dan ekosistem mereka.

Artha Graha Peduli adalah lembaga yang didirikan oleh Yayasan Artha Graha Group untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan konservasi satwa liar. Lembaga ini memiliki berbagai program yang berfokus pada pemulihan dan perlindungan spesies terancam punah, serta pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.