November 24, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Konservsi Harimau Sumatera Daya Tarik Ruwatan Negeri

Stand Artha Graha Peduli menarik perhatian karena menggelar kegiatan CSR yang terkait kepedulian lingkungan seperti konservasi harimau

tribunnews.com

Sabtu, 16 Mei 2015 23:12 WIB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Stand Artha Graha Peduli (AGP) yang memamerkan upaya-upaya konservasi alam flora dan fauna, termasuk harimau sumatera, di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC), kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Bagian Selatan, Pesisir Barat Lampung, menjadi daya tarik bagi pengunjung Ruwatan Negeri yang memadati Candi Bentar, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Sabtu.

Lebih dari 1000 orang pengunjung umum dan 500 siswa SMA pilihan se-Jabodetabek meramaikan acara yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Acara menampilkan berbagai atraksi dari mulai tarian nasional, pertunjukan musik, sampai pagelaran wayang kulit.

Stand Artha Graha Peduli menarik perhatian karena menggelar kegiatan CSR yang terkait kepedulian lingkungan seperti konservasi harimau di TWNC serta perawatan dan penanaman hutan bakau oleh Forum Peduli Mangrove Bali di Taman Hutan Raya I Gusti Ngurah Rai.

Selain itu juga dipamerkan peran swasta dalam pembangunan berkelanjutan, khususnya PT Pasifik Agro Sentosa (PAS), perusahaan perkebunan sawit yang berlokasi di Kalimantan Barat. PT PAS berulangkali diundang untuk mempresentasikan bagaimana kegiatan bisnis perkebunan bisa berjalan seiring dengan konservasi alam pada pertemuan iklim dunia, terakhir di COP 20 di Lima, Peru.

Pengunjung antri untuk foto selfie dengan gambar raksasa Petir, harimau sumatera yang lahir di TWNC dan baru saja dilepasliarkan ke hutan rimba pada 3 Maret 2015.

“Senang bisa selfie dengan Petir, meskipun cuma gambarnya. Saya nonton di TV waktu harimau sumatera itu dilepasliarkan,” ungkap Yusrini, siswi SMA swasta di Depok.

Tambling Wildlife Nature Conservation telah menghelat pelepasliaran harimau sejak 22 Juli 2008. Saat itu dua harimau: Agam dan Pangeran kembali ke alam bebas.

Kemudian pada 22 Januari 2010, Tambling Wildlife kembali melepas dua harimau, Panti dan Buyung. Terakhir, pada 3 Maret 2015 lalu, Panti dan Petir menyusul kerabatnya yang hidup liar di alam bebas.

Kini, di Pusat Rehabilitasi Satwa TWNC hidup tujuh harimau sumatera yang sedang menjalani pemulihan untuk kembali ke alam.

“Harapan kami dari pameran ini semakin banyak masyarakat dan pengusaha bekerja sama dengan TWNC untuk mendukung program pelepasliaran harimau,” kata Hanna Lilies, Ketua Panitia Pameran dari AGP.

Acara Ruwatan Negeri bertemakan “Kearifan Lokal: Budaya Menjaga Lingkungan”.

Acara diisi dengan pameran Taman Nasional Unggulan dan pameran lingkungan dari partisipasi pendukungnya, seperti dari Artha Graha Peduli.

Dalam acara tersebut para pelajar, guru, dan masyarakat luas diundang. Tujuannya agar mereka mengetahui adanya kekayaan hutan dan lingkungan yang dimiliki negeri ini.

Tambling Wildlife Nature Conservation telah menghelat pelepasliaran harimau sejak 22 Juli 2008. Saat itu dua harimau: Agam dan Pangeran kembali ke alam bebas.

Kemudian pada 22 Januari 2010, Tambling Wildlife kembali melepas dua harimau, Panti dan Buyung. Terakhir, pada 3 Maret 2015 lalu, Panti dan Petir menyusul kerabatnya yang hidup liar di alam bebas.

Kini, di Pusat Rehabilitasi Satwa TWNC hidup tujuh harimau sumatera yang sedang menjalani pemulihan untuk kembali ke alam.

“Harapan kami dari pameran ini semakin banyak masyarakat dan pengusaha bekerja sama dengan TWNC untuk mendukung program pelepasliaran harimau,” kata Hanna Lilies, Ketua Panitia Pameran dari AGP.

Acara Ruwatan Negeri bertemakan “Kearifan Lokal: Budaya Menjaga Lingkungan”.

Acara diisi dengan pameran Taman Nasional Unggulan dan pameran lingkungan dari partisipasi pendukungnya, seperti dari Artha Graha Peduli.

Dalam acara tersebut para pelajar, guru, dan masyarakat luas diundang. Tujuannya agar mereka mengetahui adanya kekayaan hutan dan lingkungan yang dimiliki negeri ini.

sumber: http://www.tribunnews.com/nasional/2015/05/16/konservsi-harimau-sumatera-daya-tarik-ruwatan-negeri?page=3