November 5, 2024

Artha Zone

Created & modified by m1ch3l

Manis! Impor Gula Mentah Jateng Dikuasai Konglomerasi Asal Singapura

Salah satu pedagang gula dipasar tradisional sedang mengemasi gula pasir untuk dijual kembali - Arief Rahman

Edi Suwiknyo –     Bisnis.com    01 Juli   2020  |    10:21 WIB
Konglomerasi asal Singapura Olam Group melalui PT Dharmapala Usaha Sukses (DUS) memiliki kuota sebanyak 200.805 ton.

Bisnis.com, JAKARTA – Konglomerasi asal Singapura Olam Group dan korporasi yang terafiliasi dengan grup Artha Graha ternyata menjadi pemain besar importasi gula mentah atau raw sugar di Jawa Tengah (Jateng).

Data yang dihimpun Bisnis menunjukkan Olam Group melalui PT Dharmapala Usaha Sukses (DUS) memiliki kuota sebanyak 200.805 ton. Sementara itu, PT Industri Gula Nusantara (IGN), yang tahun 2018 lalu diselamatkan oleh Artha Graha, juga memiliki kuota cukup besar.

Di sisi lain, data dari Bea Cukai menunjukkan sampai saat ini Olam Grup melalui PT DUS telah mengimpor sekitar 135.632 ton dengan nilai impor yakni senilai US$47,9 juta. Untuk PT IGN mencapai 77.000 ton.

 

 

Jumlah impor kedua perusahaan ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan pengimpor gula mentah lainnya. PT Gendhis Multi Manis, korporasi milik negara hanya mengimpor sebanyak 64.750 ton. Begitupula dengan PT Madubaru yang jauh lebih sedikit yakni 20.000 ton.

Kepala Kantor KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Emas Anton Martin ketika dikonfirmasi tak menampik kabar tersebut. Dia menyatakan praktik impor ini memang lazim dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.

“Iya [mereka yang banyak]. Pekan lalu juga masuk importasi gula kristal putih sebanyak 1.381 ton oleh PPI di Pelabuhan Tanjung Emas,” kata Anton kepada Bisnis yang dikutip, Rabu (1/7/2020).

Namun demikian, masuknya gula-gula impor ini tak berkorelasi dengan penurunan harga gula pasir di pasaran. Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) rata-rata harga gula di Jawa Tengah pada tanggal 30 Juni 2020 masih berada di kisaran 14.200 per kilogram.

Sementara jika melihatnya secara nasional, harga tiap daerah sangat bervariasi tetapi umumnya berada di atas Rp13.000an – Rp18.000an. Padahal harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan No.7/2020, HET gula pasir seharusnya di angka Rp12.500 per kilogram.

Satu-satunya daerah yang memiliki harga gula pasir sesuai dengan Permendag tersebut hanya Provinsi Kepulauan Riau. Di provinsi yang menjadi pintu masuk utama aktivitas perdagangan internasional ini, harga gula pasir tercatat senilai Rp11.800 per kilogram.

 

 

Memang jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, harga gula pasir tercatat mulai turun. Dalam catatan Bisnis, data per Jumat (12/6/2020), harga rata-rata gula pasir di sejumlah daerah beragam.

Di Jawa Tengah, misalnya, harga gula pasir masih di angka 16.050/Kg. Sementara di Jawa Barat harganya masih bertahan di angka Rp16.400/Kg.

Angka ini mulai turun dibandingkan dengan kondisi bulan Maret – April yang ada di kisaran Rp17.000 – Rp18.000 per kilogram.

Namun demikian, penurunan ini juga dianggap terlalu pelan. Padahal sejak Maret – April 2020 lalu, ratusan ribu ton impor gula mengucur deras ke berbagai pelabuhan di Indonesia.

Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Tanjung Intan Cilacap, misalnya, gula-gula impor dari Thailand dan India terus berdatangan. Total impor gula mentah asal Thailand mencapai 124.750 ton dan India mencapai 37.000 ton.

Masuknya gula impor mentah ini sempat disinggung oleh Komisi XI. Anggota Komisi XI Soepriyatno menganggap bahwa masuknya gula mentah impor ini ironi. Apalagi di saat bersamaan banyak petani tebu di Jawa Timur dan beberapa daerah yang tak terserap, kalaupun terserap harga bahan baku gula ini masih sangat rendah.

 

Sumber :  https://ekonomi.bisnis.com/read/20200701/9/1259933/manis-impor-gula-mentah-jateng-dikuasai-konglomerasi-asal-singapura